Kami dan nenek moyang kami telah berbuat dosa, kami telah bersalah, telah berbuat fasik. (Mzm. 106:6)
CEO Facebook Mark Zuckerberg mengakui kesalahan saat memberi kesaksian di depan para senator dan anggota parlemen DPR AS pada awal November 2018, terkait skandal pembajakan data pemilik akun Facebook oleh Cambridge Analytica. “Saya memohon maaf. Saya gagal menyadari bahwa platform Facebook yang digunakan oleh dua miliar orang itu dapat disalahgunakan dan dimanipulasi. Saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi di sini,” ungkap Zuckerberg dengan jujur.
Pemazmur 106 menuliskan ungkapan yang jujur tentang kesalahan yang ia dan leluhurnya lakukan di hadapan TUHAN. Walaupun telah mengalami banyak pekerjaan TUHAN sejak keluar dari Mesir, umat Israel ternyata gagal menyelami kebaikan TUHAN (ay. 7 dan 13). Mereka memandang hanya kepada tantangan- tantangan berat dalam hidup. Itulah sebabnya mereka sering kali memberontak kepada TUHAN. “Mereka dirangsang nafsu … dan mencobai Allah” (ay. 14). Tindakan pemberontakan itulah yang diakui pemazmur sebagai kesalahan umat dan dirinya.
Mengakui kesalahan diri secara jujur di hadapan Allah merupakan langkah awal yang baik untuk perubahan hidup. Mengakui kesalahan menunjukkan sikap diri yang rindu hidup berubah dan selanjutnya hidup berbuah. Tanpa mengakui kesalahan, kita sulit mengevaluasi diri dan juga sulit membarui diri kita. Langkah awal yang baik ini menunjukkan bahwa kita yakin, Allah yang baik tetap bekerja membentuk diri kita dan hidup kita. [Pdt. Hendri M. Sendjaja]
DOA:
Ya Tuhan, ajarlah aku untuk mampu mengakui kesalahanku agar aku dapat memahami kebaikan-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 106:1-6, 19-23; Kel. 24:1-8; 1Pet. 5:1-5, 12-14
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.