Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. (1Yoh. 4:19-20)
Mencintai dengan sederhana memang tak sederhana. Sebab, mengungkap cinta kepada anak melalui sebuah mainan tradisional dan bukan mainan elektronik yang mahal ternyata merupakan tindakan yang terikat dan terkait dengan peristiwa semesta yang panjang. Seorang ibu, dengan cintanya yang sederhana, bisa jadi memberikan sebuah mainan gangsing dari bambu kepada anaknya. Namun, gangsing itu sendiri melintasi sejarah berabad-abad sebelum ditemukan. Para ilmuwan meneliti gerak giroskopis yang membuatnya memutar indah. Belum lagi bambu yang ditebang oleh si pembuat mainan itu mungkin menjadi saksi sejarah dari sebuah desa yang bergumul dengan kemiskinan dan pengharapan. Jadi, sesungguhnya, mencintai dengan sederhana sangat mungkin mengungkap keterlibatan kita ke dalam sejarah semesta yang, dari sudut pandang iman Kristen, berada di dalam rengkuhan cinta Allah. (Labirin Kehidupan 2, Bab 23: Mencintai dengan Sederhana)
#kutipanbukusaya #labirinkehidupan2 #adventus2019hariini
—————–
Selama masa Adventus ini saya akan secara teratur membagikan kutipan yang saya ambil dari setiap bab buku Labirin Kehidupan 2 yang akan segera terbit. Anda diundang untuk secara imajinatif dan imani mempertautkan kutipan ini dengan perenungan Adventus Anda secara pribadi. Kristus memberkati.
Joas Adiprasetya
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.