“Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.” (Mat. 18:14)
Konon, para psikolog menyimpulkan ada dua hal yang dapat membuat hati seseorang terluka. Pertama, perasaan ditolak dan yang lainnya kehilangan. Luka itu menjadi semakin dalam, apabila yang menolaknya adalah orang dekatnya sendiri. Luka itu juga semakin perih ketika seseorang kehilangan orang yang dicintainya. Seberapa dekat dan seberapa sayangnya kita pada orang atau barang, akan menentukan kadar kehilangan kita.
Saya percaya bahwa kita semua pernah punya pengalaman kehilangan. Saya ingat, waktu kecil saya suka main kelereng. Saya punya banyak kelereng. Suatu kali, ketika bermain dengan kelereng-kelereng itu, ada satu yang hilang. Kelereng itu berwarna biru. Saya mencarinya terus hingga tak terasa hari sudah gelap. “Sudahlah, berhenti mencari. Ini hari sudah gelap, kamu harus mandi dan belajar. Lagi pula, kelerengmu dalam kaleng itu kan masih banyak!” tegur ayah saya.
Mungkin perasaan kehilangan itulah yang ditekankan Yesus dalam bacaan kita hari ini. Begitu cintanya sang gembala pada domba yang hilang itu, sehingga ia rela meninggalkan yang 99 ekor demi mencari yang hilang itu; hatinya ada pada domba yang hilang itu. Hati Tuhan ada pada setiap domba-domba-Nya. Ia mengenal satu per satu, bahkan yang terkecil sekalipun. Maka, ketika domba itu mulai keluar dari kawanan, dengan sigap Ia mencarinya. Jangan keraskan hati kita, manakala Tuhan mengajak kita kembali! [Pdt. Nanang]
REFLEKSI:
Tuhan sangat mencintai setiap domba gembalaan-Nya. Berusahalah menjadi domba-domba yang baik!
Ayat Pendukung: Mzm. 32; Kel. 34:1-9, 27-28; Mat. 18:10-14
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.