Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. (1Ptr. 2:1)
Tidak ada orang yang membiarkan sampah menumpuk di sekitar rumahnya. Selain menimbulkan bau yang tidak sedap, sampah yang tidak terkelola dan dibiarkan menumpuk akan menimbulkan masalah-masalah yang besar bagi kesehatan dan kenyamanan aktivitas kita. Sampah harus dibuang pada tempatnya. Atau, dikelola dengan baik, sehingga mendatangkan manfaat.
Petrus mengingatkan setiap orang percaya untuk mewaspadai “sampah diri” yang mungkin masih ditumpuk dalam kehidupan. Kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, dan fitnah hanya akan membuat relasi kita dengan sesama dipenuhi “aroma busuk” kebencian yang tidak mendatangkan manfaat apa pun. Sebaliknya, kehidupan orang percaya semestinya diisi dengan kerendahan hati dan kesediaan untuk belajar memperbaiki diri, seperti seorang bayi yang baru lahir yang merindukan apa yang baik bagi pertumbuhannya.
Mengisi hidup dengan hal-hal yang membangun hidup memang membutuhkan proses yang tidak sebentar. Karena itu, sebagaimana kita membuang sampah setiap hari, maka di dalam waktu teduh kita saat merenungkan firman Allah, kita juga dapat rutin memeriksa diri kita. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita dikaruniai kepekaan untuk “membuang sampah diri” kita dan menggantinya dengan nilai-nilai firman Allah. Firman Allah menjadi seperti “air susu yang murni” bagi kita, anak- anak-Nya, yang bersedia bertumbuh dan beroleh keselamatan karena kebaikan-Nya. [Pdt. Essy Eisen]
DOA:
Ya, Allah, berikan aku hati yang rajin untuk membuang “sampah diri” dalam proses perumbuhan iman. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 134; Ams. 8:32—9:6; 1Ptr. 2:1-3
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.