Memberi bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan oleh setiap orang, apalagi memberi dalam keterbatasan atau kekurangan. Terkadang dalam kekurangan seorang merasa bahwa tidak ada hal yang dapat dibagikan.
Janda miskin di Sarfat adalah teladan iman dalam hal memberi dari keterbatasan atau kekurangan. Situasi kekeringan yang berdampak pada krisis pangan (makanan dan minuman) tidak menempa janda di Sarfat menjadi pribadi yang egois. Sebaliknya, kemurahan hati terhadap sesama dalam ketaatan mendengar suara Tuhan melalui sang Nabi, Elia. Spirit sang janda didasarkan pada kemurahan hati dan keyakinan pada Tuhan sumber kehidupan yang akan mencukupkan kebutuhan hidupnya. Begitu pula kisah janda di Bait Allah dengan ketulusan hati memberikan uang persembahan sebesar 2 peser/satu duit (peser adalah mata uang tembaga Yahudi yang terkecil). Yesus memperhatikan sang janda dan berkata kepada murid-murid-Nya bahwa janda itu memberikan semua yang ada padanya.
Kisah kedua janda miskin dalam Alkitab mengajarkan kita untuk melepaskan ketakutan tentang kekurangan dan mempercayai Allah sebagai sumber kehidupan. Memberi bukan ketika sudah memiliki banyak atau sedikit. Karena memberi bukan hanya masalah materi, namun juga waktu, tenaga dan bahkan seluruh hidup. Tuhan tidak melihat apa yang kita beri, tetapi Tuhan memperhatikan hati yang memberi. Karena sesungguhnya, setiap pemberian yang tulus, meskipun kecil, merupakan tindakan besar di mata Tuhan. (LS)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.