“…agar nanti tersedia sebagai bukti kemurahan hati kamu dan bukan sebagai pemberian yang dipaksakan.” (2 Kor. 9:5)
Ada sebuah pernyataan demikian: “Kita dapat memberi tanpa berbagi. Tetapi ketika berbagi kita pasti memberi.” Pernyataan ini hendak menegaskan bahwa dalam memberi sesuatu kepada orang lain kita dapat melakukannya tanpa adanya rasa empati terhadap mereka yang kita bantu. Namun ketika berbagi, yaitu di saat kita merasa berempati pada orang lain yang membutuhkan, maka kita akan memberi yang baik dan tepat guna bagi mereka yang menerimanya.
Surat Paulus kepada jemaat Korintus ini berbicara mengenai pentingnya kemurahan hati dalam memberi. Kemurahan hati adalah sebuah sikap memberi bukan karena paksaan atau terpaksa. Kemurahan hati bersumber dari kepedulian untuk berbagi kehidupan dengan sesama. Mereka yang memberi atas dasar kemurahan hati akan memberi walaupun dalam segala keterbatasan yang dimilikinya. Motivasi utama pemberian yang didasarkan atas kemurahan hati adalah ungkapan syukur atas kebaikan Allah yang telah diterimanya selama ini. Oleh karena itu, timbul keinginan untuk berbagi dengan sesama.
Bagaimana dengan kita? Begitu banyak berkat Tuhan yang telah kita terima dalam kehidupan kita. Tuhan memelihara dan mencukupkan kebutuhan hidup kita setiap harinya. Mari kita berbagi dengan sesama kita. Dengan demikian, pemberian yang kita lakukan untuk sesama atau yang kita berikan melalui persembahan di gereja selalu kita lakukan dengan sukacita sebagai bukti kemurahan hati kita. [Pdt. Jotje Hanri Karuh]
REFLEKSI:
Pemberian yang berarti bukanlah pemberian yang berjumlah banyak, tetapi pemberian yang tulus dan penuh syukur di hadapan Tuhan.
Ayat Pendukung: Rat. 15:19-31; Mzm. 88; 2 Kor. 9:1-5
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.