Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun. (1Kor. 14:5b)
Salah satu karunia roh yang menjadi polemik adalah “karunia bahasa roh”. Penyebabnya ialah ada kelompok yang menempatkan “karunia bahasa roh” sebagai penanda kelahiran baru. Sebaliknya, ada kelompok yang beranggapan bahwa “karunia bernubuat” lebih berharga daripada “karunia bahasa roh”. Kedua sikap tersebut kurang bijaksana.
Karunia bahasa roh bukanlah penanda kelahiran baru (keselamatan), begitu pula karunia bernubuat. Kedua karunia itu adalah pemberian Roh Kudus. Artinya, karunia bahasa roh dan bernubuat bukanlah hasil usaha kesalehan manusia. Sebagai pemberian Roh Kudus, kedua karunia roh tersebut seharusnya diterima dan digunakan untuk pembangunan jemaat. Sebagaimana karunia bernubuat, karunia bahasa roh juga bermanfaat asalkan diterjemahkan sehingga jemaat mengerti. Namun, semuanya harus dibangun di atas dasar iman. Dengan iman diharapkan umat mengalami pengertian (fides quaerens intellectum).
Citra diri sebagai gereja sering kali rusak karena perdebatan mengenai karunia roh. Alangkah lebih baik jika setiap umat membangun kehidupan jemaat berdasarkan setiap karunia roh, tanpa menghakimi pihak lain. Sebab, Allah tidak pernah mengaruniakan perpecahan dan pertikaian dalam jemaat-Nya. Karunia roh adalah anugerah dari Allah untuk mendatangkan kebaikan, kesejahteraan, dan keselamatan dalam hidup bersama. Bersyukurlah atas setiap karunia roh dari Allah, tanpa menghakimi karunia yang lain. [Pdt. Yohanes Bambang Mulyono]
REFLEKSI:
Melalui karunia yang beragam, kita menemukan kekayaan rohani yang melengkapi.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:89-96; Yer. 36:1-10; 1Kor. 14:1-12
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.