“Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah (Mat. 13:23)
“Demikianlah Injil Yesus Kristus. Berbahagialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.” Formulasi kalimat ini disampaikan oleh pengkhotbah setelah selesai membacakan Injil dan sebelum melayankan khotbah. Setiap orang, siapa saja, disebut berbahagia apabila bersedia mendengarkan firman Tuhan dan sekaligus memelihara firman yang telah didengarkan tersebut. Memelihara berarti menjaga, merawat dengan baik-baik, mengusahakan, membiarkan tumbuh. Selalu ada usaha lanjutan yang harus dikerjakan setelah membaca dan mendengarkan. Langkah selanjutnya tentu saja melakukan firman melalui kehidupan.
Yesus menekankan pentingnya menggumuli sabda Kerajaan Allah. Alih-alih sekadar mengerti, Yesus mengajak para pendengar- Nya untuk mengalami dan menginternalisasikan apa yang telah Yesus sampaikan. Di dalam proses memelihara firman itu, terdapat upaya merefleksikannya dan tidak tergesa-gesa memaknainya. Firman yang dipahami terus diolah, dijalani, dijaga agar tumbuh secara baik sekalipun dalam situasi tidak baik. Perkataan Tuhan yang dipelihara adalah sabda yang menguasai hidup. Berkomitmen menghidupi sabda dapat memandu para murid untuk menghadapi berbagai getir dan khawatir. Konsistensi memelihara perkataan Tuhan ini menolong mereka bertumbuh dan menghasilkan buah.
Intensitas mendengarkan firman perlu dibarengi dengan upaya memahaminya. Lebih utama lagi, firman itu bertumbuh subur dan tecermin melalui perilaku. [Pdt. Ayub Sektiyanto]
REFLEKSI:
Sudahkah firman Tuhan yang kita dengarkan, dengan perlahan dimaknai dalam hati, lalu kita wujudkan melalui hidup setiap hari?
Ayat Pendukung: Yes. 55:10-13; Mzm. 65:(2-9), 10-14; Rm. 8:1-11; Mat. 13:1-9, 18-23
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.