Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. (2Kor. 3:5)
Sebuah ungkapan bijak berkata, “Sukses mempunyai banyak orangtua; kegagalan adalah anak yatim piatu.” Ketika sesuatu berjalan sukses, banyak orang mengaku sudah ikut berjasa; bahwa sukses itu terjadi karena hasil pekerjaannya. Namun, dalam kegagalan hampir semua orang lepas tangan, tidak mau bertanggung jawab.
Paulus tidak begitu. Setiap keberhasilan yang diraihnya, menurutnya, bukan karena kekuatannya sendiri. Dia berkata, “Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.” Dalam Surat Korintus pertama, dia menulis, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan” (1Kor. 3:6-7). Paulus selalu menekankan campur tangan dan pertolongan Allah dalam tugasnya. Ini bukan berarti Paulus lari dari tanggung jawabnya sebagai rasul. Sebaliknya, dia ingin mengakui bahwa semua kesanggupan dan kekuatan dalam melakukan pekerjaannya sebagai rasul berasal dari Allah sendiri. Inilah sikap rendah hati yang mengakui kuasa dan pertolongan Allah dalam setiap pekerjaan.
Sehebat-hebatnya kita, jika bukan Allah yang memberi kita kekuatan, ketekunan, keberanian, maka kita tidak akan pernah mampu mengerjakan apa pun. Biarlah segala hormat hanya bagi Allah, sumber segala kekuatan kita. [Pdt. (Em.) Ferdinand Suleeman]
REFLEKSI:
Sebuah ungkapan berkata, “Do your best, and let God do the rest.” Lakukan yang terbaik, dan biarkan Allah melakukan sisanya.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:9-16; Yes. 43:8-13; 2Kor. 3:4-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.