Ingatlah, jangan kamu mengamalkan kesalehanmu di depan umum supaya dilihat orang, karena jika melakukan demikian, kamu tidak memperoleh upah dari Bapamu yang di surga. (Matius 6:1)
Ada tiga jenis kesalehan yaitu: kesalehan ritual, moral dan sosial. Dari ketiga kesalehan tersebut yang paling mudah ditonjolkan adalah kesalehan ritual. Mudah pula diasumsikan bahwa ketika saleh ritual, maka otomatis saleh semuanya. Padahal, terkadang kesalehan ritual dapat mudah dijadikan topeng dan praktik-praktik kemunafikan.
Tuhan Yesus memperingatkan para murid-Nya agar hati- hati dengan pamer ibadah/ritual karena biasanya bertujuan untuk pamer kesalehan. Orang yang melakukan hal itu dijamin dengan mudah mendapatkan upah dari lingkungannya, yaitu pujian atau pengakuan bahwa ia saleh. Namun, kita diingatkan bahwa ketika orang mengejar pujian dan pengakuan dari sesamanya melalui ibadah yang ia lakukan, ia justru kehilangan upah dari Bapa di surga, suatu upah yang mestinya jauh lebih berharga dari upah apa pun yang didapatkan dari manusia.
Tuhan menghendaki supaya manusia beribadah untuk membangun kesalehan pribadi yang utuh. Ibadah mestinya menjadikan seseorang saleh secara moral maupun sosial. Karena ibadah pada dasarnya adalah membangun relasi yang akrab antara umat dengan Tuhan. Keakraban itu akan berimbas pada kehidupan moral pribadi maupun relasinya dengan sesama dan lingkungan alam sekitarnya. Itu sebabnya ketika praktik ibadah menyimpang, maka ibadah itu pun gagal untuk mewujudkan tujuan utamanya. Ia menjadi ibadah yang sia-sia. [Pdt. Mungki A. Sasmita]
DOA:
Ya Tuhan ingatkanlah kami senantiasa untuk terus membangun kesalehan yang utuh, supaya nama-Mu juga kami permuliakan. Amin.
Ayat Pendukung: Yes. 58:1-12; Mzm. 51:1-17; 2 Kor. 5 :20b-6:10; Mat. 6:1-6, 16-21
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.