“Uripe mulyo”. Kalimat dalam bahasa Jawa yang berarti ‘hidupnya mulia’ ini sering diungkapkan dalam percakapan keseharian saat melihat seseorang yang hidup enak. Urip mulyo biasanya disematkan bagi mereka yang memiliki beberapa kondisi seperti mengalami kesuksesan, mendapatkan kekayaan, hidup sehat dan panjang umur, beranak cucu, dan pencapaian yang kasat mata. Apakah urip mulyo demikian?
Dalam kisah transfigurasi, kemuliaan bukan bergantung pada apa yang diperoleh. Kemuliaan bergantung dari apa yang dilakukan di dalam Tuhan. Kemuliaan yang diterima Yesus karena Ia mengerjakan kehendak Allah. Kemuliaan yang dilihat murid-murid dalam diri Elia dan Musa karena kedua Bapa iman ini yang mengingatkan dan menegur umat untuk hidup di jalannya. Kita tahu akhir hidup Yesus di kayu salib dan akhir hidup Musa yang dikuburkan di tempat yang tidak diketahui (Ulangan 34). Hanya Elia yang terangkat ke sorga.
Penampakan kemuliaan itu bukan karena mereka mendapat segala sesuatu yang dianggap mulia oleh dunia. Tetapi kemuliaan sejati terjadi justru saat kita mengerjakan segala kebajikan dalam tujuan Kerajaan Allah. Mari kita hidupi kebajikan yang kita sepakati untuk kita lakukan di GKIPI. 4 virtues : agilitas, resiliensi, persahabatan dan belas kasihan. Mari mengerjakan sesuatu yang mulia dalam kebajikan itu. (BA)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.