Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela. Kapankah Engkau akan datang kepadaku? Aku hendak hidup dengan ketulusan hati di dalam rumahku. (Mazmur 101:2)
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, keluarga Bapak Bowo dan Ibu Ati sering kali diwarnai pertengkaran kecil. Kesibukan masing-masing membuat mereka jarang berkomunikasi dengan baik. Anak-anak mereka pun mulai terpengaruh, sering kali bersikap acuh dan lebih asyik dengan gawai masing-masing. Keluarga ini sedang menghadapi bahaya laten egoisme. Kasih menjadi sekadar slogan dan tidak diterapkan.
Allah rindu hadir di tengah keluarga kita untuk menjadikan rumah kita tempat yang penuh kasih dan ketulusan. Keluarga adalah gereja kecil, tempat kasih dan ketulusan dilatih. Kasih yang tulus berarti bersedia mengampuni kesalahan, mengutamakan kepentingan bersama, dan rela berkorban satu sama lain. Tentu ini bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan hal yang mustahil. Allah akan memampukan jika kita sungguh-sungguh rindu menghidupi kasih-Nya dalam keluarga.
Mulailah dari hal-hal kecil untuk mewujudkan kasih di tengah keluarga. Luangkan waktu untuk berdoa dan membaca firman Tuhan bersama. Sediakan waktu untuk berbincang dan mendengarkan satu sama lain dengan penuh perhatian. Jangan jadikan rumah seperti hotel yang sekadar menjadi tempat istirahat dan makan saja. Jadikanlah rumah sebagai komunitas yang nyaman dan penuh kehangatan, tempat di mana setiap anggota keluarga merasa dikasihi dan dihargai. Percayalah, dengan bimbingan Roh Kudus, keluarga kita akan menjadi cerminan kasih Allah dan menjadi berkat bagi sesama. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah aku sudah mengasihi keluargaku dengan tulus?
Ayat Pendukung: 2 Raj. 17:24-41; Mzm. 101; 1 Tim. 3:14-4:5
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.