Yonatan berkata kepada Daud, “Apa pun keinginan hatimu, akan kulakukan bagimu.” (1 Samuel 20:4)
Akhir-akhir ini banyak relasi sosial yang diwarnai oleh kebencian. Sesama yang berbeda dilihat sebagai lawan, bukan sebagai kawan. Persaingan dan kebencian bisa kita lihat di dunia kerja, dalam percaturan politik, bahkan dalam kehidupan pelayanan. Kita membutuhkan nilai dan perspektif yang lain. Bukan kebencian tapi persahabatan.
Daud dan Yonatan memberikan kepada kita contoh relasi persahabatan yang patut ditiru, sebab mereka menjalin persahabatan di atas dasar kasih yang tulus. Mereka saling menghargai dan menerima. Bahkan, mereka membawa komitmen persahabatan itu di hadapan TUHAN. Ujian bagi persahabatan mereka datang ketika Saul ingin membunuh Daud. Daud kemudian mengadukan niat jahat dan kebencian Saul itu kepada Yonatan. Dalam situasi ini, kita dapat melihat ketulusan dan keberpihakan seorang Yonatan. Saul adalah ayahnya, tetapi Yonatan memilih untuk membela Daud, sahabatnya, sebab Yonatan tahu Daud tidak bersalah. Daud sendiri telah sangat banyak membantu Saul. Semua itu tentu diingat Yonatan dan dia menyelamatkan Daud dari kebencian ayahnya.
Kasih persahabatan yang diperlihatkan dalam kisah Daud dan Yonatan itu penting sebagai perspektif dan nilai untuk diterapkan pada masa kini. Hanya kasih persahabatan yang sanggup melepaskan manusia dari ancaman perpecahan dan kekerasan. Dengan kasih itu, kita melihat orang lain sebagai kawan, bukan lawan. Orang lain bukanlah ancaman, melainkan rekan yang dihadirkan Tuhan untuk saling melengkapi dalam pekerjaan dan pelayanan. [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Satu orang musuh sudah cukup membuat kita menderita. Karena itu, jadilah sahabat dan nyalakanlah kasih dalam setiap relasi.
Ayat Pendukung: 1 Sam. 20:1-23, 35-42; Mzm. 133; Kis. 11:19-26
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.