“Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” (Mat. 12:41)
Kita tidak asing dengan istilah “junior” dan “senior.” Yang pertama dikenakan untuk yang minim pengalaman. Yang kedua dikenakan untuk yang kaya pengalaman. Biasanya, para “junior” menimba banyak pengalaman dari yang “senior.” Tetapi, tidak selalu demikian. Sebab, tidak jarang para “senior” enggan belajar, dan malah menjadi batu sandungan bagi para “junior” karena menunjukkan kualitas hidup yang buruk.
Para pemimpin agama pada zaman Yesus sulit sekali menerima pembaruan yang dibawa oleh Yesus. Padahal, mereka mengetahui tentang karya Mesias berdasarkan apa yang sudah disinggung di dalam kitab suci. Mereka melihat tindakan pembaruan yang Yesus lakukan dalam hidup umat Tuhan merujuk pada karya Mesias. Tetapi, rupanya lebih mudah bagi orang yang berasal dari luar Israel untuk menerima karya Yesus; mirip seperti orang Niniwe pada zaman Yunus, yang bertobat karena pemberitaan Yunus. Meskipun orang Niniwe terhitung sebagai orang asing bagi orang Israel, namun mereka mau mendengar nasihat Tuhan.
Tradisi yang diturunkan dalam kehidupan keluarga untuk mengenal dan mengikut Tuhan adalah kebiasaan yang baik. Namun, kita mesti waspada juga supaya jangan sampai karena sudah mengikut Tuhan sejak kecil maka semangat untuk menghidupi pertobatan di dalam hidup menjadi kendor. Mari kita miliki semangat yang selalu baru di dalam mengikut Tuhan. Sebab, di mata Tuhan tidak ada yang namanya “junior” dan “senior.” [Pdt. Essy Eisen]
DOA:
Ya, Bapa, bimbinglah diriku dalam kerendahan hati untuk selalu belajar dari Kristus dan menghidupi pertobatan. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 114; Yun. 2:1-10; Mat. 12:38-42
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.