Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” (Luk. 4:43)
Sebagai pemberita Injil, Yesus memiliki jabatan sebagai Nabi. Namun, Ia bukan sekadar Nabi. Injil yang Ia sampaikan adalah Injil Kerajaan Allah. Kabar baik yang Ia beritakan adalah hadir atau datangnya Kerajaan Allah dalam kehidupan manusia.
Manifestasi kehadiran Kerajaan Allah dinyatakan Yesus dalam kuasa-Nya yang menyembuhkan, memulihkan dan mengusir setan. Makna “Injil” (euanggelion) bukan sekadar berita baik, tetapi terutama adalah peristiwa penyelamatan. Di dalam hidup dan karya Kristus terjadi keselamatan dan pemulihan. Sebab, Yesus Kristus adalah realittas Kerajaan Allah. Identitas diri-Nya selaku Anak Allah pun dikenal oleh para setan yang merasuki orang-orang (Luk. 4:41). Dengan datangnya Kerajaan Allah di dalam diri Yesus, maka kuasa kerajaan dunia disingkirkan dalam kehidupan umat manusia.
Pemberitaan Injil sering kurang efektif karena sebatas berita. Sepatutnya, Injil Kerajaan Allah mengubah berita menjadi peristiwa. Kabar baik tentang Kristus dijelmakan menjadi peristiwa yang menyembuhkan dan memulihkan, secara personal dan komunal. Injil Kerajaan Allah pada hakikatnya bersifat transformatif. Melalui berita Injil, lahirlah para tokoh yang menghadirkan perdamaian dunia dan kesejahteraan umat manusia. Karena berita Injil pula muncullah para pemimpin yang kreatif, yang mengubah kondisi kelaparan menjadi kelimpahan. [Pdt. Yohanes Bambang Mulyono]
REFLEKSI:
Hidup setiap umat percaya seharusnya menjadi peristiwa Injil Kristus.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:89-96; Yer. 36:27-32; Luk. 4:38-44
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.