Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan. (Yak. 1:2)
Manusia cenderung mengharapkan kehidupan yang baik serta berjalan dengan mulus. Dengan segala kemampuan, kekuatan, dan kuasa yang dimilikinya, manusia berusaha untuk menghindarkan dirinya dari berbagai kesulitan. Kehidupan yang bebas dari masalah dan kesulitan dianggap sebagai sesuatu yang ideal.
Yakobus dalam suratnya kepada para pengikut Kristus di perantauan justru mengungkapkan hal yang sebaliknya. Yakobus mengajak pembaca suratnya untuk menganggap berbagai pencobaan yang mereka alami sebagai suatu kebahagiaan. Mengapa? Karena berbagai pencobaan adalah ujian terhadap iman yang akan menghasilkan ketekunan. Pada akhirnya ketekunan itu akan menghasilkan buah yang matang, supaya iman mereka menjadi sempurna, utuh dan tak kekurangan apa pun. Iman yang kuat adalah iman yang telah teruji oleh tempaan pencobaan. Dalam menghadapi pencobaan, Yakobus menasihatkan agar mereka meminta hikmat dari Allah.
Saat mengalami berbagai pencobaan, bagaimanakah kita meresponsnya? Apakah kita menganggap hal itu sebagai penderitaan yang akan membuat kita lemah dan jatuh? Atau sebaliknya, seperti nasihat Yakobus, kita memandang pencobaan yang kita alami sebagai cara untuk memperkuat iman kita? Dengan memiliki perspektif yang benar dalam menghadapi kesulitan atau masalah, kita dapat bertumbuh menjadi manusia yang semakin berhikmat. [Elly Diah Praptanti, M.A]
DOA:
Tuhan, berilah kami hikmat-Mu agar kami dapat memandang setiap pencobaan sebagai cara untuk menguji iman kami. Amin.
Ayat Pendukung: Kel. 32:1-14; Mzm. 15; Yak. 1:1-8
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
1 Comment
M Sinambela
Agustus 29, 2024 - 10:00 amSetuju. Dengan pencobaan Gereja menghandalkan kekuatan Hikmat dari Tuhan. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati