“Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.” (Mat. 20:14)
Sebuah stasiun TV pernah menayangkan acara “Bedah Rumah.” Rumah tidak layak huni dibuat menjadi layak dan nyaman ditempati. Biaya perbaikan ditanggung sponsor yang tidak dikenal oleh pemilik rumah. Renovasi itu menjadi hadiah. Gratis dan tidak ada imbalan apa pun.
Anugerah Allah kepada manusia ibarat hadiah Bedah Rumah tersebut, diberikan dengan cuma-cuma. Hal ini digambarkan melalui perumpamaan yang kita baca. Perumpamaan ini hendak menjelaskan tentang Kerajaan Surga. Allah diumpamakan sebagai tuan pemilik kebun anggur yang membayar upah kepada para pekerjanya berdasarkan kesepakatan yang adil, yaitu satu dinar sehari. Baik pekerja yang mulai bekerja jam 9 pagi, 12 siang, 3 sore, dan 5 sore mendapatkan bayaran yang sama, yakni 1 dinar. Hal ini hendak menggambarkan nilai-nilai Kerajaan Surga didasarkan pada anugerah kemurahan Allah, bukan pada hitungan matematika. Kerajaan Surga tidak dapat diukur dari kerja keras atau prestasi seseorang; Kerajaan Surga tidak dapat dibeli dengan apa pun. Perumpamaan ini hendak mengatakan bahwa prestasi iman seseorang bukanlah menjadi faktor penentu karunia Allah.
Hari ini kita diingatkan akan keberadaan kita, bahwa kita adalah umat yang berdosa dan tidak layak, namun kita dilayakkan karena belas kasih Allah. Allah bermurah hati kepada kita sehingga memberi hadiah keselamatan. Itu bukan usaha kita. Maka, hiduplah dalam ketaataan, saksikan kebaikan Tuhan, bukan untuk memperoleh hadiah keselamatan, namun karena kita sudah menerima anugerah dari-Nya. [Pdt. Norita Yudiet Tompah]
REFLEKSI:
Manusia yang tidak layak dilayakkan Allah, bukan karena prestasi imannya, namun karena belas kasihan dan anugerah-Nya.
Ayat Pendukung: Kel. 16:2-15; Mzm. 105:1-6, 37-45; Flp. 1:21-30; Mat. 20:1-16
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.