“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Mat. 25: 21)
Untuk menambah penghasilannya, seorang guru SMA di Hampden, Maine, menulis cerpen setiap malam, bahkan di akhir pekan. Ia memang suka menulis, tetapi hampir semua karyanya ditolak penerbit. Suatu hari, istrinya menemukan draf novelnya di keranjang sampah. Istrinya memungutnya kembali dan mendorong suaminya untuk menyelesaikan novel itu. Dengan bersusah payah, novel pertamanya itu akhirnya selesai dan diberi judul Carrie. Pada 1973, penerbit membeli hak terbit novel itu seharga 400.000 dolar. Sejak itu, Stephen King menjadi penulis sepenuhnya. Sampai saat ini, King sudah menulis sekitar 200 cerpen dan 58 novel. Apa yang terjadi jika istrinya tidak memungut draf novel pertama King dan mendorongnya untuk menyelesaikannya?
Dalam usaha apa pun, selalu ada risiko gagal. Bahkan, keberhasilan besar umumnya dicapai sesudah banyak kegagalan. Jadi, masalahnya bukan soal hasil, melainkan keinginan dan keberanian kita untuk berusaha terus-menerus pantang menyerah. Dalam perumpamaan Matius ini, ada tiga hamba yang dipercaya untuk mengembangkan apa yang sudah diberikan oleh sang tuan. Namun, hanya dua hamba yang berani mengambil risiko. Sedangkan, hamba yang ketiga lebih memilih untuk menyimpannya karena ia takut gagal.
Tuhan telah memercayakan banyak hal kepada kita. Beranikah kita mengambil risiko untuk mengembangkannya sebagai pertanggungjawaban kita kepada Tuhan? [Ibu Yessy Sutama]
REFLEKSI:
Kesuksesan tidak ditentukan oleh seberapa banyak yang kita hasilkan, tetapi dari kegigihan kita mencoba dan keberanian menanggung risiko.
Ayat Pendukung: Hak. 4:1-7; Mzm. 123; 1Tes. 5:1-11; Mat. 25:14-30
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.