“Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.” (Yoh. 13:23)
Seseorang yang telah mendengarkan detak jantung Allah tidak berbicara tentang kompleksitas kehidupan semesta, namun justru berbicara tentang simplisitas cinta ilahi di tengah seluruh kompleksitas tersebut. Ia akan mampu mendengarkan detak jantung ilahi itu, di dalam batin terdalam dan semesta terluas. Kebisingan dunia tidak akan meredam bunyi detak jantung Allah. Allah yang berinkarnasi sebagai manusia di dalam Yesus Kristus, membiarkan detak jantung-Nya didengar oleh mereka yang mencintai-Nya, dan menyandarkan kepala mereka di dada Yesus. Allah yang berinkarnasi lebih dalam lagi sebagai semesta di dalam Sang Sabda yang menyemesta, juga membiarkan detak jantung-Nya didengar oleh mereka yang menyatukan diri dengan kicau burung, suara daun-daun gugur, debur ombak lautan, serta kanak-kanak yang berteriak gembira karena layang-layang lusuh yang terbang ke angkasa. Kiranya ritme hidup Anda, yang tak jarang menampilkan “aritmia spiritual” itu, menyatu dengan detak jantung ilahi, hingga akhirnya berubah teratur, dan secara ajek memperdengarkan detak jantung cinta. Itu hanya mungkin terjadi jika Anda mengizinkan orang-orang di sekitar Anda, menyandarkan kepala penat mereka ke dada Anda. (Labirin Kehidupan 2, Bab 1: Detak Jantung Allah)
#kutipanbukusaya #labirinkehidupan2 #adventushariini
—————–
Selama masa Adventus ini saya akan secara teratur membagikan kutipan yang saya ambil dari setiap bab buku Labirin Kehidupan 2 yang akan segera terbit. Anda diundang untuk secara imajinatif dan imani mempertautkan kutipan ini dengan perenungan adventus Anda secara pribadi. Kristus memberkati.
Joas Adiprasetya
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.