Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. (Kol. 3:17)
“Oh, kamu anaknya pak Anu ya, terlihat dari nama belakangmu,” ucap seorang bapak. “Iya, pak, itu ayah saya,” sahut si anak muda. “Kok kamu beda sekali dengan bapakmu ya. Dia itu santun, supel dan ramah. Kamu malah pendiam begini.” Demikian percakapan seorang muda dan seorang bapak, yang mengomentari sikap si anak muda yang dinilai dalam bayang-bayang nama besar ayahnya.
Rasul Paulus menasihatkan bahwa setiap orang percaya mendapat kelengkapan dari Kristus; diberikan untuk melanjutkan kasih-Nya melalui segenap perilaku hidup yang menjadi berkat bagi orang lain. Segala sesuatu yang perlu dilakukan dalam membangun relasi kasih dengan orang lain perlu “dikenakan” sebagaimana kita mengenakan pakaian. Kristus menjadi penguasa hati dan firman-Nya menjadi pengajaran yang mendatangkan syukur dan sukacita.
Acap kali, perkataan “dalam nama Tuhan Yesus” menjadi semacam mantra yang diucapkan sebelum orang melakukan sesuatu. Padahal, maknanya tidak sedangkal itu. Berkata-kata dan berbuat sesuatu di dalam nama Tuhan Yesus berarti kita mendapatkan kekuatan kuasa kasih Kristus. Supaya dengan penuh hormat dan tanggung jawab kepada Kristus, orang-orang yang mendengar kata-kata kita dan melihat perbuatan kita mengagungkan Kristus dan kuasa-Nya. Kita menjadi duta-duta kasih-Nya bagi dunia ini. Ini adalah anugerah yang patut kita syukuri kepada Allah, Bapa kita. [Pdt. Essy Eisen]
DOA:
Terima kasih ya Bapa, oleh karena Kristus, Anak-Mu, aku dimampukan untuk melanjutkan kasih-Nya melalui kata dan perbuatanku. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 118:1-2, 14-24; Kel. 15:1-18; Kol. 3:12-17
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.