Apa kesan Saudara mengenai Yesus dalam teks bacaan kita hari ini di Yohanes 2:12-22? Sebagian mungkin merasa, “ah biasa saja”, namun mungkin sejumlah orang lain mengatakan, “Yesus kok gitu sih?” Yesus yang selama ini dikenal dengan sosok yang lemah lembut, pengasih, penyayang, panjang sabar, pengampun, dan sebagainya, digambarkan dengan cara yang berbeda dalam kisah ini. la nampak marah. Bukan hanya dengan perkataan, Yesus mengekspresikan kemarahannya dengan membuat cambuk dari tali lalu mengusir para pedagang dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka. Tidak hanya itu, uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya (ay 15). Lihatlah bagaimana Yesus begitu marah kepada para pedagang ini.
Bukankah Yesus mencintai orang kecil, miskin dan tak berdaya? Jika demikian, mengapa justru para pedagang ini yang la tunggang balikkan? Apa salah mereka? Pada saat itu, hari raya Paskah bagi orang Yahudi. Semua orang yang menyembah Allah akan datang ke Yerusalem dengan membawa hewan ternak sebagai korban bakaran bagi Allah. Jika mereka mampu, mereka akan membawa lembu, atau domba, tetapi jika mereka tidak mampu, mereka akan membawa burung merpati sebagai korban bakaran yang paling murah. Selain itu, orang-orang akan menukarkan uang mereka dengan mata uang yang berlaku di Bait Suci. Nah bersamaan dengan itu, bukankah para pedagang ini membantu umat sehingga mereka tidak perlu repot-repot membawa hewan ternak dengan berjalan kaki dari tempat yang jauh? Tidakkah tindakkan itu seharusnya mendapat pujian dari Yesus? Tetapi mengapa justru Yesus marah dan mengusir mereka semua? Sungguh bukan Yesus yang kita kenal.
BUKAN ITU YANG YESUS LIHAT
Ya, saya pun akan berpikir demikian jika Yesus berbuat kasar seperti itu kepada pedagang jujur yang sedang bertahan hidup dengan berdagang. Namun yang menjadi soal, bukan kegiatan berdagangnya saja yang Yesus lihat. Lebih dalam dari itu, Yesus melihat ketidakadilan di sana. Bukan hanya menjual hewan untuk korban bakaran, mereka menjualnya dengan harga yang jauh lebih mahal dari harga pada umumnya. “Loh apa yang salah? Bukankah wajar? Keputusan akan membeli atau tidak kan tetap ada di tangan umat.” Di sini letak permasalahannya. Umat yang datang dari tempat jauh dengan membawa hewan, melewati jalan yang tidak mudah, bisa berhari-hari bahkan lebih mereka berjalan kaki. Hewan mereka terkadang bisa saja terluka dalam perjalanan yang tak mudah itu. Hal ini lah yang kemudian menjadi celah. Para Imam tidak memperkenankan hewan yang tidak sempurna untuk dipakai sebagai korban bakaran bagi Allah. Maka, dengan terpaksa, umat harus membeli hewan yang dijual di dalam Bait Suci, dengan harga yang berkali-kali lipat, agar mereka bisa memberikan persembahan kepada Allah. Bayangkan ini. Tindakan pemerasan dengan motif perdagangan ini secara tidak langsung semakin membuat umat ‘jauh’ dari Allah. Kala itu, korban bakaran juga dihayati sebagai bentuk permohonan pengampunan dari Allah. Sekali lagi, bayangkan. Mereka yang miskin, tidak berdaya, tidak mampu membeli hewan di Bait Suci setelah hewan mereka ditolak, akan semakin merasa mereka tidak layak mendapatkan pengampunan dari Allah. Ini lah yang membuat Yesus marah. Kemarahan-Nya berasalan. la marah ketika ada manusia lain yang membatasi relasi umat dengan Allah, la marah dengan ketidakadilan yang terjadi di Bait Suci. la marah dengan para Imam yang kemungkinan besar bersekongkol dengan para pedagang sehingga mereka bisa berdagang di dalam Bait Suci.
YESUS HADIR DAN BERTINDAK
Apa yang Yesus lakukan menunjukkan satu pesan kuat kepada kita. Bahwa la hadir dan bertindak ketika la melihat ketidakadilan. la siap ditolak demi membela mereka yang ‘tertolak’. la rela ditentang, demi orang-orang yang lemah dan tak berdaya. Yesus tak pernah tinggal diam. Dia hadir dan bertindak. Apa yang Saudara dan Saya lakukan ketika ketidakadilan terjadi di hadapan kita? Membiarkannya atau berupaya ‘menyucikannya’? Hanya kita yang bisa menjawab dan membuktikannya. Tuhan beserta.
ASC
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.