Duduk sajalah menanti, anakku, sampai engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu …. (Rut 3:18)
Jalan hidup tidak pernah dapat ditebak dan tidak mudah dipahami. Naomi dan suaminya, Elimelekh, beserta kedua anak mereka, Mahlon dan Kilyon, pergi ke Moab dan menetap di sana untuk menyelamatkan diri dari bencana kelaparan yang melanda tanah Israel. Namun, di tempat yang diharapkan memberikan kehidupan itu, Naomi justru kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Suami dan kedua anaknya meninggal di tanah Moab.
Hidup Naomi berubah drastis. Terpuruk. Awalnya, ia sangat minder karena begitu banyak kepahitan hidup yang sudah dialaminya. Namun bersama Rut, menantu yang begitu mengasihi dan banyak berkorban untuknya, ia bersedia memulai kembali hidup baru di kampung halamannya, Betlehem. Rut mengikuti saran Naomi. Kerendahan hati Rut ini diberkati Tuhan. Rut bertemu Boas yang menerima dan kemudian menjadikan Rut sebagai istrinya. Kehidupan Rut dan Naomi, yang tadinya pahit, pun dipulihkan.
Seperti halnya buah membutuhkan proses pertumbuhan hingga akhirnya menjadi matang, kehidupan pun demikian. Kehidupan berproses melalui berbagai hal dan peristiwa; suka dan duka. Perlu bersabar untuk dapat memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini. Menanti dengan sabar hingga melihat akhirnya; melihat hasilnya. Kita menjalani kehidupan dan menantikan hasil akhir yang manis, dengan iman dan pengharapan yang terarah kepada Allah. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah kita tetap sabar dan tekun berharap kepada Allah, walaupun kehidupan pahit dan berat?
Ayat Pendukung: Mzm. 94; Rut 3:14-4:6; 1Tim. 5:9-16
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.