Minggu Palmarum adalah peringatan saat Yesus memasuki Yerusalem untuk menyongsong sengsara bahkan kematian-Nya demi mengemban misi Bapa-Nya di sorga. Namun kali ini kita tidak hendak larut ke dalam romantisme jubah putih, keledai, dan lambaian daun palem, seperti biasa. Sebaliknya mari kita merenungkan serta menghayati hakikat dari apa yang dilakukan Yesus.
Bacaan Yesaya 50:4-9 mengisahkan sang Mesias yang rela menderita dalam ketaatan-Nya kepada Allah. Ketaatan yang kemudian justru menempatkan-Nya sebagai pemenang terhadap lawan-lawan-Nya (ayat 9).
Bacaan Matius 27:11-54 mengisahkan penderitaan Yesus sejak diadili oleh Pilatus, dengan tekanan dari pihak para imam kepala dan tua-tua, hingga akhirnya menderita dan meninggal di atas kayu salib. Demi menaati Bapa di sorga, dalam karya penyelamatan-Nya bagi dunia dan manusia, sang Mesias rela menderita, bahkan sampai mati. Namun justru penderitaan dan ketaatan-Nya membuat-Nya dimuliakan Bapa. Dan yang juga amat menyentuh adalah justru penderitaan dan kematian-Nya, membuat kepala pasukan takjub dan takut, serta berseru: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” (Mat. 27:54).
Inilah kasih Tuhan yang tak terukur itu. Kasih yang sungguh-sungguh ditujukan kepada dunia dan manusia, walau untuk itu ia harus menanggung derita. Inilah hakikat Paskah. Paskah yang bukan sekadar untuk diherani, disyukuri dengan doa dan nyanyian saja, tetapi yang mengubah dan membarui kita. Agar kita pun siap untuk menderita demi menjadi berkat bagi sesama.
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.