Lalu terdengarlah suara dari sorga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Mrk. 1:11)
Sungai Yordan adalah tempat yang penuh kenangan bagi bangsa Israel. Di sungai Yabok, anak sungai Yordan, Yakub bergumul dengan malaikat Tuhan dan mendapat nama “Israel.” Di tepi sungai Yordan, Musa menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Yosua, yang kemudian memimpin bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan masuk Tanah Perjanjian. Nabi Elia juga menyerahkan kepemimpinan kepada Elisa di tepi sungai Yordan.
Karena itulah, ketika Yohanes Pembaptis, yang oleh orang-orang Yahudi dianggap sebagai penjelmaan nabi Elia, membaptis Yesus di tepi sungai Yordan, maka memori masa lalu terkait dengan alih kepemimpinan umat Allah muncul kembali. Dalam suasana seperti itulah, terdengar suara dari langit yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah; kepada-Nya Allah berkenan. Apa yang membuat Allah berkenan kepada Yesus?
Di sepanjang Injil Markus, kita bisa melihat bahwa Yesus mengkritisi murid-murid-Nya maupun musuh-musuh-Nya ketika mereka mengaitkan kemesiasan Yesus dengan unjuk kuasa dan kekuatan. Yesus menunjukkan bahwa jalan yang akan Ia tempuh bukanlah jalan semacam itu, tetapi jalan salib; jalan yang jauh dari segala macam kekerasan dan unjuk kuasa/kekuatan. Itu sebabnya, Ia mengatakan kepada murid- murid-Nya, ““Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mrk. 8:34). Inilah yang membuat Allah berkenan kepada-Nya. [Pdt. Paulus Sugeng Widjaja]
REFLEKSI:
Kita tidak butuh kekuatan dan kekuasaan untuk bisa menjadi orang yang berkenan pada Allah. Yang diperlukan ialah kesediaan melakukan kehendak Allah.
Ayat Pendukung: Kej. 1:1-5; Mzm. 29; Kis. 19:1-7; Mrk. 1:4-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.