Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: “Berbahagialah ….” (Mat. 5:2-3)
Bagaimana caranya untuk menjadi bahagia? Apakah banyak uang? Memiliki banyak anak? Dikagumi banyak orang? Sukses dalam pekerjaan? Ada banyak hal yang menjadi standar untuk meraih kebahagiaan. Manusia pun berusaha mencapai kebahagiaan dengan berbagai cara. Tetapi, firman Tuhan mengajarkan sesuatu yang jauh berbeda dengan cara yang manusia biasa lakukan.
Matius 5-7 berisi khotbah Tuhan Yesus di bukit. Khotbahnya sangat padat, jelas dan mudah dimengerti, meskipun yang diajarkan adalah sesuatu yang berbeda, bahkan menjungkirbalikkan pemahaman secara umum. Ucapan berbahagia berisi delapan berkat atau kebahagiaan yang dapat dimiliki seseorang. Semuanya berisi standar yang berbeda dari yang dunia pahami. Kebahagiaan bukanlah saat kita memiliki banyak harta, hidup baik-baik dan lancar, tanpa masalah. Justru dalam pergumulan, dalam kesediaan untuk mencari kebenaran, dan dalam kebaikan yang dilakukan di tengah dunia, saat itulah berkat Tuhan akan menjadi nyata.
Jangan menggantungkan kebahagiaan kita kepada standar bahagia di luar Tuhan. Standar Tuhan untuk kebahagiaan sering kali berbeda dari apa yang sekitar kita bisa berikan. Oleh karena itu, bukan kebahagiaan yang kita kejar dalam dunia ini, melainkan mengejar kehidupan sesuai dengan kehendak Allah. Dalam hal itu, maka berkat-berkat Tuhan atau kebahagiaan akan terjadi dalam hidup kita. [Pdt. Novita Sutanto]
REFLEKSI:
Tuhan memberikan kebahagiaan dengan cara yang tepat.
Ayat Pendukung: Mzm. 33:12-22; Kel. 20:1-21; Mat. 5:1-12
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.