Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Rm. 8:15)
Sebuah lagu oleh Robert dan Lea Sutanto berlirik: Abba, ku panggil Engkau ya Bapa / Nama terindah di dalam hidupku lebih dari s’galanya / Abba, kupanggil Engkau ya Bapa /Kau layakkan aku jadi anak-Mu memanggil-Mu Yesus. Lagu ini sederhana, tetapi penuh dengan makna. Allah adalah Bapa kita dan kita adalah anak-anak-Nya. Allah bukanlah Allah yang jauh dan tak terjangkau, melainkan Allah yang dekat dengan kita, dan menjadikan kita anak-anak-Nya.
Kata ‘abba’ berasal dari bahasa Aram. Bahasa Aram adalah bahasa percakapan lisan yang digunakan pada zaman Tuhan Yesus. Arti ‘abba’ adalah ‘bapa.’ Markus 14:36 mencatat bahwa Tuhan Yesus menggunakan sebutan itu dalam doa-Nya di taman Getsemani. Dalam surat Roma dan Galatia, Paulus juga menggunakan kata tersebut. Kata ‘Abba’ menunjukkan bahwa Allah sebagai Bapa, bukanlah sekadar panggilan, melainkan ada relasi khusus. Relasi dan identitas, itulah yang firman Tuhan hendak ajarkan. Memanggil Allah dengan ‘Abba’ menandakan hubungan bagaikan bapa dan anak yang begitu dekat.
Allah melayakkan kita untuk memanggil-Nya sebagai ‘Bapa’ dan kita sebagai anak-anak-Nya. Sebagai anak, kita pun memerlukan bimbingan dan pertolongan dari Bapa. Allah tidaklah jauh untuk dicari, Ia dekat dengan kita. Karenanya, kita dapat berkomunikasi dengan Allah kapan pun dan di mana pun, salah satunya melalui doa-doa yang kita ucapkan. [Pdt. Novita Sutanto]
REFLEKSI:
Allah melayakkan kita untuk menjadi anak-anak-Nya.
Ayat Pendukung: Mzm. 33:12-22; Kel. 19:16-25; Rm. 8:14-17
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.