Percaya atau tidak, untuk menjadi berkat kita tak perlu berada pada posisi yang stabil, mapan dan serba terpenuhi. Kisah pemanggilan Abram sangat mengganggu cara pikir orang-orang yang beranggapan bahwa kita harus sudah memiliki banyak untuk bisa memberi berkat. Janji Tuhan bahwa Abram akan menjadi berkat dibarengi dengan undangan Tuhan kepadanya untuk pergi “ke negeri yang akan Kutunjukkan,” sebuah tempat yang tidak dikenal, sebuah ketidakpastian-a journey to the unknown. Di sanalah ia akan menjadi berkat. {ja}
Di balik itu jelaslah kiranya, bahwa pada akhirnya mengapa Abram, atau kini pada giliran kita, mengapa kita diberkati. Bukan karena kita berhak atas privilese dari Tuhan. Berkat senantiasa diberikan demi “semua,” walaupun melalui kita. Bahkan kita dipanggil untuk menempuh the journey to the unknown itu adalah demi kepentingan yang lebih luas ketimbang diri kita. Maka pertanyaannya, beranikah kita—seperti Abram—memenuhi panggilan itu? Dan bersediakah kita mensyukuri berkat yang kita terima, dengan menjadi berkat? {pws}
Panggilan untuk menjadi berkat dalam kisah the journey to the unknown selalu saja mengarah bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, melainkan lebih pada bagaimana kita dipanggil untuk memberdayakan yang lain. Oleh karena itu bakat serta berkat yang melimpah, bahkan karunia apa pun yang dianugerahkan kepada kita, apabila tidak untuk membangun yang lain, maka akan sia-sia belaka. Karena itu, bersiaplah menjadi berkat bagi yang lain. {tt}
A journey to the unknown … sebuah perjalanan panjang yang tidak pernah diketahui ujungnya oleh Abram. Ketika Abram berhenti sejenak di Sikhem, ada yang Tuhan telah tunjukkan. Di situlah Abram boleh bersyukur. Namun itu bukanlah akhir perjalanan. Masih banyak lagi yang Tuhan akan tunjukkan … dan masih banyak lagi yang Abram harus lakukan dalam rangka menjadi berkat! Karena itu, menjadi berkat bukan saja menuntut kesediaan dan keberanian memenuhi panggilan-Nya, tetapi juga menuntut kesetiaan kita untuk terus menjadi saluran berkat-Nya. {rdj}
Jadi, a journey to the unknown bukanlah tindakan nekad dari seorang yang belum mapan, dengan berdalih “menjadi berkat” sambil memperdaya orang lain, melainkan sebuah langkah iman kita, untuk bersedia berjalan sesuai pimpinan Tuhan, menghadapi berbagai tantangan sampai mati. Niscaya, Ia pun akan memberkati kita di sepanjang perjalanan itu, agar kita juga menjadi berkat, serta bahagia! {riajos}
Catatan: Renungan kolaboratif ini ditulis oleh lima pendeta GKI Pondok Indah, satu orang satu paragraf. Tanpa perencanaan, tanpa pembagian tugas. Masing-masing berusaha menyambung tulisan di atasnya. Lewat cara ini pula kami berlima ingin menyapa seluruh anggota jemaat GKI Pondok Indah: Selamat ulang tahun! Selamat menjadi berkat bagi sesama.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.