Lebih baik sekerat roti kering disertai ketenteraman, daripada rumah penuh sajian disertai perbantahan. (Amsal 17:1)
Ada sebuah keluarga sederhana yang tinggal di rumah kecil. Makanan mereka seadanya bahkan terkadang hanya nasi dan kerupuk. Namun, di rumah itu terdengar tawa riang, canda, dan sikap saling menghargai. Anak-anak bermain dengan gembira, orangtua saling mendukung, dan suasana damai menyelimuti mereka. Di sisi lain, ada keluarga kaya raya yang tinggal di rumah megah. Meja makan mereka selalu penuh dengan hidangan lezat. Namun, suasana di rumah itu tegang, dipenuhi pertengkaran dan pertikaian. Orangtua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Anak- anak bertengkar memperebutkan harta warisan. Tidak ada keharmonisan di antara mereka. Manakah keluarga yang sesungguhnya lebih berbahagia?
Allah lebih menghargai kedamaian dan kerukunan daripada kelimpahan materi. Kebahagiaan sejati tidak terletak pada kekayaan atau kemewahan, melainkan pada hubungan yang harmonis dan saling mengasihi. Allah yang adalah sumber damai sejahtera, rindu agar kita hidup dalam ketenteraman, baik dalam keluarga maupun dengan sesama. Ia ingin kita menikmati berkat-Nya dalam suasana damai, bukan di tengah-tengah konflik dan perselisihan.
Marilah mengutamakan hubungan yang baik dengan keluarga dan sesama. Hadirkan ketenangan dan sukacita bagi orang-orang di sekitar kita. Ingatlah bahwa sekerat roti yang dinikmati bersama dalam damai, jauh lebih berharga daripada pesta pora yang dipenuhi pertikaian. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah aku sudah menciptakan kedamaian di tengah keluargaku?
Ayat Pendukung: Ams. 17:1-5; Mzm. 12; 1 Kor. 9:19-23
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.