“Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.” (Lukas 16:9)
Saya membaca pesan WhatsApp dari sahabat saya yang sedang mengerjakan proyek sosial kemanusiaan. Ia menjelaskan kebutuhan dana untuk proyek tersebut dengan penuh harap. Saya teringat dompet yang cukup tebal di saku, berisi biaya hidup untuk sebulan ini. Sesaat muncul perdebatan dalam hati antara keinginan untuk mentraktir diri sendiri dengan makanan enak sepulang kerja atau berbagi dana dengan sahabat saya itu.
Bendahara yang tidak jujur dalam bacaan kita hari ini dipuji karena kecerdikannya dalam menggunakan harta duniawi untuk mengamankan masa depannya. Yesus hendak mengingatkan bahwa “Mamon yang tidak jujur” atau harta duniawi hanyalah bersifat sementara. Namun, kita tetap dapat menggunakannya dengan bijak untuk membangun “kemah abadi” di surga. Kita dapat menolong sesama, bermurah hati, dan mendukung pekerjaan kasih. Dari bacaan ini, kita memahami bahwa Kristus dapat menggunakan mereka yang tampak “tidak layak” untuk menjelaskan arti kasih yang berhikmat. Setiap orang yang mau menggunakan harta duniawi untuk menyatakan kasih dan kepedulian kepada sesama akan berbahagia.
Pertanyaan bagi kita: sudahkah kita menggunakan harta duniawi yang Tuhan percayakan untuk membangun “kemah abadi”? Marilah kita meneladani bendahara yang cerdik, bukan dalam ketidakjujurannya, melainkan dalam kebijaksanaannya menggunakan harta duniawi untuk tujuan kasih. Mari kita menjadi jalan berkat bagi sesama demi memuliakan nama Tuhan. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah aku sudah melanjutkan berkat Tuhan kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan?
Ayat Pendukung: Am. 8:4-7; Mzm. 113; 1 Tim. 2:1-7; Luk. 16:1-13
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.