Sungguh celaka orang yang memandang dirinya bijaksana, yang menganggap dirinya pintar! (Yesaya 5:21)
Anton adalah seorang pemuda yang cerdas, ambisius, dan selalu haus akan pengetahuan. Ia gemar membaca, berdiskusi, dan menganalisis berbagai isu terkini. Anton bangga dengan pengetahuannya dan sering kali merasa lebih unggul dibandingkan orang lain. Di balik kecerdasannya, ia menyimpan keangkuhan dan kesombongan. Ia meremehkan orang-orang yang dianggapnya kurang intelek dan sering kali menghakimi mereka. Sikap ini membuatnya terisolasi dan jauh dari orang-orang di sekitarnya.
Kisah Anton mengingatkan kita pada peringatan Allah dalam Yesaya 5:21. Kecerdasan dan pengetahuan, meskipun penting, bukanlah jaminan kebijaksanaan sejati. Kebijaksanaan sejati bersumber dari Allah dan berlandaskan pada takut akan TUHAN (Amsal 9:10). Allah menentang mereka yang mengandalkan kecerdasan dan kekuatan mereka sendiri, sementara hati mereka jauh dari-Nya. Allah rindu memberikan hikmat sejati kepada siapa pun yang mencari-Nya dengan rendah hati.
Kecerdasan dan pengetahuan adalah anugerah Tuhan yang harus digunakan untuk kemuliaan-Nya, bukan untuk kesombongan diri. Hendaklah kita menyadari bahwa segala hikmat dan pengetahuan berasal dari-Nya. Mari kita belajar mendengarkan dengan empati, berbicara dengan bijaksana, dan bertindak dengan penuh kasih. Percayalah, Tuhan akan memampukan kita menjadi pribadi yang bijaksana, bukan hanya di mata manusia, tetapi yang terutama di mata Tuhan. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah aku mau mengelola segenap kemampuan diriku dengan rendah hati dan bijaksana dalam hikmat Tuhan?
Ayat Pendukung: Yes. 5:8-23; Mzm. 113; Mrk. 12:41-44
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.