Hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. (Mzm.19:3)
Tuhan itu Yang Mulia. Kemuliaan-Nya tidak bisa dibatasi dan ditutupi oleh apa pun. Kesukaran dan penderitaan manusia tidak akan mampu membatalkan kemuliaan Tuhan. Pun kesuksesan dan kekayaan manusia, tidak pernah sebanding dengan kemuliaan-Nya. Manusia yang mulia hanyalah miniatur dari Tuhan Yang Mahamulia.
Pemazmur dengan indah melukiskan kemuliaan Tuhan. Kata-katanya puitis tetapi mengakar dalam pada kehidupan konkret, sebab ia memang mengalami kemuliaan Tuhan itu dalam hidup sehari-hari. Saat malam datang menyapa, ia merasakan kasih Tuhan yang menyelimutinya sehingga ia dapat beristirahat dengan tenang. Ketika mentari bersinar, ia merasakan cinta Tuhan yang membangkitkan semangat untuk berkarya. Tangan Tuhan terus menuntunnya. Ia mengalami hal itu dalam suara Taurat yang dengan sempurna memberikan hikmat. Sebagai orang yang kurang berpengalaman, pemazmur merasa diteguhkan oleh Taurat. Tuhan yang mulia itu bukan hanya Tuhan yang suci, juga Tuhan yang terus terlibat bersamanya dari hari ke hari.
Ketika kita menyadari kemuliaan Tuhan dalam peristiwa sehari-hari, maka kita akan memuliakan-Nya. Bukan hanya dalam kata, melainkan dalam tindakan nyata. Mungkin saja hidup kita masih dihadang masalah, tetapi tuntunan-Nya membuat kita tahu bagaimana harus bersikap. Bahkan, ketika kita ada di puncak-puncak sukses, kita tidak akan menjadi pongah, sebab kita tahu semua itu hanyalah kasih karunia-Nya.
REFLEKSI:
Kemuliaan Tuhan yang kita alami dalam hidup sehari-hari membuat kita kagum dan memuliakan-Nya dalam kata dan tindakan. [Pdt. Hariman Pattianakotta]
Ayat Pendukung: Kel. 19:16-25; Mzm. 19; Mrk. 9:2-8
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.