Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi TUHAN, bermazmur bagi TUHAN, Allah Israel. (Hak. 5:3)
“Mengapa orang Kristen sering kali bernyanyi? Mereka bernyanyi di pernikahan, bahkan di pemakaman. Saya tidak habis mengerti,” demikian pertanyaan seorang sahabat yang memiliki keyakinan berbeda. Pertanyaan ini menunjukkan pengamatan yang jeli. Bukankah nyanyian merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan beriman kita?
Debora, seorang nabiah juga hakim, mengutarakan keinginannya untuk bernyanyi. Ia bernyanyi bukan untuk memperdengarkan keindahan suaranya, melainkan ia mau bernyanyi bagi Tuhan. Melalui nyanyiannya, ia mempersaksikan bagaimana pekerjaan Tuhan di tengah pergumulan yang terjadi pada waktu itu. Untaian syair lagunya adalah gambaran detail tentang bagaimana ketidakberdayaan umat Tuhan berubah menjadi keberanian dan kekuatan karena Tuhan telah bertindak di tengah-tengah mereka. Tidak ada pujian bagi kekuatan diri Debora sendiri. Ia menyadari bahwa jika ia tampil sebagai pemimpin, maka itu pun adalah bagian dari pekerjaan Tuhan. Ia bernyanyi untuk menjadi saksi atas pekerjaan Tuhan di dalam sejarah Israel.
Nyanyian bagi orang Kristen adalah salah satu wujud kesaksian. Dengan bernyanyi, kita mengingat kembali karya Tuhan di dalam kehidupan kita. Bukan masalah indah atau tidak indah suara yang kita miliki, tetapi soal menghayati kembali kasih karunia dan kebaikan Tuhan. Di dalam suka, kita bernyanyi. Di dalam duka, kita memuji. Terpujilah nama Tuhan lewat nyanyian kita. [Pdt. Wahyu Pramudya]
DOA:
Tuhan, ajarlah kami untuk menyanyikan kebaikan-Mu yang telah kami terima di dalam hidup kami. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 115; Hak. 5:1-11; 1Kor. 14:26-40
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.