Siapa sih di dunia ini yang ingin mendengarkan kebohongan atau mendengarkan sesuatu yang tidak sebenarnya? Rasanya setiap kita ingin mendengarkan kebenaran. Tetapi konsekuensi kebenaran yang diucapkan, tidak selalu menyenangkan terkadang ada kebenaran yang menyakitkan yang susah untuk diterima. Contohnya memberitakan kabar duka. Rasanya kita pun tak berharap untuk mengabarkan dan juga mendengarkan kabar duka terlebih jika orang-orang di sekitar kita yag terluka atau bahkan dipanggil Tuhan. Namun kabar itu tetap harus disampaikan.
Menyuarakan kebenaran berupa kabar yang mendukakan juga di lakukan Yesus kepada murid-muridnya seperti bacaan kita dalam Markus 8:27-38. Tuhan dengan terang- terangan mengabarkan kebenaran akan penderitaan, penolakan bahkan kematian-Nya sendiri kepada para murid. Tak hanya itu hal yang sama akan dialami setiap orang yang mengikutnya. Jelas kabar ini kabar yang mendukakan dan pasti mengejutkan para murid. Rasanya para murid pun tidak ingin mendengar kabar ini meskipun ini sebuah kebenaran. Seperti halnya yang dilakukan Petrus yakni menarik Yesus dan menegor-Nya menunjukkan ketidaksiapan, ketidakmauan, denial terhadap kebenaran itu. Namun, apa yang dilakukan Petrus tidak menghentikan Yesus dalam menyuarakan kebenaran. Malah la semakin lantang dalam menyarakan keberanan itu kepada murid-murid.
Ketika kebenaran yang kita sampaikan adalah kabar yang mendukakan, maka sama seperti Petrus, orant-orang disekitar kita akan menegor akan menolak, membenci kira bahkan melakukan hal-hal lain dalam artian negatif sebagai bentuk denial mereka terhadap kebenaran yang kita sampaikan. Meski begitu kita diajak meneladani Yesus yang tetap lantang dan semakin lantang menyuarakan kebenaran. Menyurakan kebenaran adalah bentuk langkah iman kita sebagai murid yang mengikuti Kristus di kehidupan ini.
SA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.