“Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur, buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian.” (Ams. 9:5-6)
Pengalaman bersama lintas iman, lintas kelas sosial, lintas usia merupakan pengalaman berharga yang perlu dibangun secara sengaja. Bentuknya bisa beragam, seperti makan bersama, bincang-bincang, sampai doa bersama. Pengalaman ini akan meruntuhkan tembok pembatas, menghapus curiga, dan memberi pengertian.
Menarik untuk mencermati Pengamsal yang mengumpamakan hikmat seperti hidangan lezat yang sudah disajikan dan siap untuk disantap. Jika mau memperoleh pengertian, maka marilah dan makanlah. Ungkapan pengamsal mengenai makan roti dan minum anggur hikmat itu, juga mengingatkan gereja pada Yesus Kristus, Sang Hikmat Sejati, yang mempersembahkan tubuh dan darah-Nya untuk menyelamatkan dan mempersatukan manusia. Dengan makan bersama dan mengingat Tuhan Yesus, manusia diikat secara sosial dan spiritual. Mereka dipersatukan secara lintas kategori. Tidak ada lagi tembok pembatas yang memisahkan. Analogi Pengamsal ini mengingatkan pembaca bahwa hikmat itu mempersatukan.
Kenyataan hidup yang tersekat oleh tembok-tembok pembatas, yang menyebabkan praktik diskriminasi terhadap suku, ras, kelompok sosial dan agama tertentu, memerlukan pengertian baru. Supaya ada pengertian baru, maka pengalaman bersama mesti digagas dan dilakukan secara sadar. Pengamsal pun memperkuat pemikiran ini. Hikmat mengajarkan bahwa semakin kita beragama, semakin kita hidup bersesama. [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Hidup bersesama adalah sebentuk perayaan keberagaman. Kita bersesama/bersaudara karena kita berbeda, bukan karena kita sama.
Ayat Pendukung: Mzm. 73:1-20; Ams. 8:32—9:6; Ibr. 11:29—12:2
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.