“Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.” (2Raj. 2:2)
Jemaat A memiliki dua pendeta. Yang satu senior dan satunya lagi junior. Relasi keduanya baik, saling melengkapi dalam pelayanan. Jemaat B, ada dua pendeta juga: senior dan junior. Relasi mereka kurang harmonis. Apa yang keliru menurut Anda?
Elia dan Elisa memberi teladan relasi yang baik antara senior dan junior. Elia adalah guru Elisa. Ia nabi yang dipakai Tuhan dengan luar biasa. Ia dipenuhi kasih dalam melayani. Dengan hikmat Allah, Elia membimbing Elisa. Elia mempersiapkan Elisa menggantikannya. Elisa adalah murid yang patuh. Ia belajar banyak hal dari Elia. Elisa telah mengikuti Elia bertahun-tahun. Ia setia kepada seniornya. Kesetiaannya tampak pada peristiwa perjalanannya dengan Elia. Tiga kali Elia hendak meninggalkan Elisa. Mungkin ia ingin sendiri atau ingin menguji kesetiaan Elisa. Tiga kali pula Elisa menolak ditinggalkan. Ia memilih tetap mengikuti Elia sampai Elia terangkat ke surga. Ada relasi intim di antara keduanya.
Hubungan mereka dilandasi oleh semangat melayani Tuhan bukan kekuasaan atau permusuhan.
Renungan ini mengajarkan kita relasi yang sehat. Seorang senior dituntut bersikap bijak dan rendah hati. Seorang junior perlu belajar taat dan setia. Hubungan yang dibangun haruslah saling menghidupkan, bukan menjatuhkan, atas dasar melayani Tuhan, bukan persaingan. Dengan demikian, persekutuan yang damai dan penuh kasih mesra dapat tercipta dalam sebuah komunitas. Bukankah Allah menghendaki hal demikian? [Pdt. Norita Yudiet Tompah]
REFLEKSI:
Relasi yang baik dapat tercipta jika kita menempatkan Tuhan yang utama dalam pelayanan, bukan nama baik atau kehormatan pribadi.
Ayat Pendukung: Mzm. 77; 2Raj. 2:1-18; Mrk. 11:20-25
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.