Pada masa ini, kesatuan sebagai warga negara Indonesia tampaknya sedang diuji. Sebab kita sedang menjalani kehidupan yang terpisah dari secara fisik. PSBB yang diberlakukan juga ‘memberikan dampak berat bagi sebagian besar orang’, banyak orang kehilangan pekerjaan, dan mata pencaharian.
‘Tidak sedikit’ yang menyalahkan pemerintah, menyalahkan orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan dalam kesulitan yang dihadapi.
Berbagai masalah dan kesulitan yg kini dialami membuat kita tidak lagi memperjuangkan kesatuan.
Bacaan kita pada minggu ini mengisahkan hidup jemaat mula-mula. Mereka yang pada saat itu menghadapi tekanan dari pemerintah Romawi karena mereka mengimani Yesus sebagai Tuhan. Padahal menganut agama baru merupakan hal terlarang bagi bangsa Romawi. Mereka juga mengalami ketakutan. Takut keluarga meninggalkan mereka karena percaya Kristus, takut jatuh miskin karena ada tekanan secara politik dari pemerintah Romawi. Namun bagaimana mereka dapat hidup bersatu? Kesatuan itu terlahir dari bagaimana mereka menerima firman Tuhan (ay. 41). Firman Tuhan yang memberikan kedamaian bahwa Yesus, Tuhan yang hidup itu bersama dengan mereka. Kesatuan hati dalam doa, mereka menyerahkan rasa takut dan kekhawatiran itu di dalam doa. Doa yang melahirkan komitmen untuk saling menopang dalam keadaan yang sulit sekalipun.
Hidup jemaat mula-mula memberikan sebuah pelajaran berharga yaitu hidup bersatu membawa banyak keselamatan di dalam Tuhan. Di tengah situasi pandemi ini hidup bersatu menjadi perjuangan dan panggilan kita bersama. Bersatu menyatukan hati dan komitmen kita untuk menolong sesama yang saat ini membutuhkan uluran tangan kita.
ANA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.