Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepada-Nya: “Engkaukah raja orang Yahudi?” Jawab Yesus: “Engkau sendiri mengatakannya.” (Mat. 27:11)
Ahimsa adalah sebuah istilah Sanskerta yang berarti “anti kekerasan.” Ahimsa merupakan bagian penting dari agama Hinduisme, Jainisme dan Buddhisme. Konsep ini diperkenalkan kepada Barat oleh Mahatma Gandhi. Beberapa orang berpendapat, gerakan anti-kekerasan yang dilakukan Gandhi memengaruhi gerakan kemanusiaan yang lain seperti gerakan Martin Luther King Jr. dan Nelson Mandela (sumber: Wikipedia).
Apa yang dialami Yesus adalah konspirasi dari banyak pihak untuk menghentikan Dia dan gerakan-Nya. Yesus hendak mengadakan pembaruan tatanan kemasyarakatan yang berangkat dari kasih dan penafsiran yang memanusiakan atas Taurat, serta hukum agama. Tudingan yang dibuat-buat dilontarkan kepada Yesus karena pihak-pihak itu sudah dipenuhi oleh egoisme. Demi ruang nyaman, mereka tega berpihak kepada kekerasan. Namun, Yesus tidak melawan dengan metode yang sama. Dia melawan tanpa kekerasan. Kerelaan diri-Nya untuk memberi diri berujung pada pengakuan bahwa Dia bukan sekadar raja orang Yahudi saja, tetapi Dia
adalah Anak Allah.
Jika saat ini kita mengalami aniaya karena kita melakukan tindakan kasih yang benar, apa yang ditempuh Yesus dapat menjadi pilihan kita juga. Kita harus melawan aniaya itu tanpa menggunakan kekerasan. Sebab, kekerasan yang dilawan dengan kekerasan hanya akan menghasilkan luka yang tiada berakhir. [Pdt. Essy Eisen]
DOA:
Ya Bapa, kuatkan kami untuk menjadi anak-anak-Mu yang berbahagia dengan membawa damai di tengah perseteruan hidup. Amin.
Ayat Pendukung: Yes. 50:4-9a; Mzm. 31:10-16; Flp. 2:5-11; Mat. 27:11-54
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.