Tetapi tiap tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri …. (Yak. 1:14)
Seorang anak kecil dilarang ayahnya makan apa pun setelah menyikat gigi di malam hari. Ini adalah peraturan di rumah mereka. Suatu kali anak ini merasa lapar di tengah malam, dan berhubung ia memang sangat menyukai kue maka ia mengendap-endap untuk mengambil kue di ruang makan. Ketika tangannya sedang separuh perjalanan menuju ke kue itu, mendadak sang ayah keluar dari kamar yang terletak persis di depan ruang makan mereka. Si Anak kaget, sebab tertangkap basah tangannya sedang “terbang” ke arah kue. Seketika, si anak berpura-pura menjadi dirigen; ia memutar tangannya dan memainkannya dengan birama 4/4. Dari seorang pencuri kue, ia menjadi dirigen.
Kita sering sekali pandai membuat alasan dan menyalahkan orang lain pada saat kita berbuat dosa. Alasan yang sering kita kemukakan antara lain, “Ini adalah kesalahan orang lain, saya tidak bisa menolong, setiap orang melakukannya, ini hanya sebuah kesalahan, tidak ada yang sempurna, setan membuat saya melakukannya, saya ditekan untuk melakukannya, saya tidak tahu itu salah, Allah sedang mencobai saya.” Seseorang yang membuat alasan sejatinya sedang memindahkan tanggung jawab dari dirinya kepada orang lain. Namun, seorang Kristen seharusnya menerima tanggung jawab atas kesalahan-kesalahannya, mengakuinya, dan meminta pengampunan dari Allah.
Mari kita hidup jujur di hadapan Tuhan dan mengeliminasi alasan-alasan pembenaran diri. [Pdt. Indra Kurniadi Tjandra]
DOA: Tuhan ampuni aku yang sering membuat alasan untuk menutupi dosa-dosaku.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:1-8; Kej. 26:1-5; Yak. 1:12-16
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.