Bacaan kita dari Matius 28:16-20 secara popular dikenal sebagai Amanat Agung (the Great Commandment). Tak jelas dari mana asal istilah ini, namun banyak peneliti menduga bahwa istilah ini muncul di Eropah saat gencar-gencarnya penginjilan ke dunia “terbelakang” dilakukan beberapa abad lalu disertai oleh kolonialisme dan pengerukan kekayaan alam belahan dunia baru tersebut. Singkatnya, dari situ kita mengenal istilah 3G: God, Gold, and Glory. Sekali lagi melihat sebuah contoh, betapa seriusnya permasalahan yang muncul ketika agama, ekonomi, dan politik bercampur.
Padahal, amanat ini bukanlah amanat mengenai penginjilan, apalagi pengkristenan. Ia adalah amanat pemuridan. Satu-satunya kata perintah atau imperatif yang muncul adalah “jadikanlah … murid” (mathēteuō). Menjadi murid Kristus berarti hidup meneladani Kristus yang adalah gambar Allah yang dengan kuasa Roh menghadirkan cinta, damai, keadilan, dan kehendak Allah. Jadi, kenapa baptisan yang dilakukan memakai formula Trinitaris, “dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,” tidak lain karena seorang murid Kristus dipersatukan ke dalam persekutuan Allah Trinitas, persekutuan ilahi yang memberi ruang bagi manusia untuk hidup di dalam cinta kasih, kesetaraan dan hidup saling berbagi—sungguh berbeda dari semangat God-Gold-Glory yang melatarbelakangi istilah “Amanat Agung.” Jadi, kalau pun istilah “Amanat Agung” ini mau dipertahankan, maka saran saya adalah memaknainya secara benar, yaitu sebuah amanat untuk para murid Kristus meneladani Alla Persekutuan, menatalayani ekonomi saling-berbagi yang berbasis kecukupan, dan mengusahakan politik kehidupan dan kesetaraan. Selamat merayakan Hari Trinitas.
ja
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.