Saya kira telinga dan lidah bagaikan saudara kandung yang sehati.
Sayangnya kita mendengar apa yang kita mau dengar dan kita bicara sesuai apa yang ingin kita katakan. Padahal Filipi 2:5 mengajak kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Hal yang paling unik dalam pelayanan saya sebagai Pendeta adalah mencari tahu apakah pikiran dan perasaan saya sama seperti Kristus. Khususnya saat telinga mendengar suara yang negatif. Rasanya lidah ingin sekali bereaksi untuk membalas suara itu. Namun firman Tuhan mengingatkan kita bahwa tujuan Tuhan menciptakan lidah adalah untuk memberi semangat baru kepada mereka yang letih lesu.
Bisa jadi lidah yang berbicara ke telinga kita sedang letih lesu. Sesuai firman Tuhan, respon kita sesuai pikiran dan perasaan Kristus adalah memberi semangat kepada mereka.
Pertanyaannya:
- Dengan apa kita mempertajam pendengaran kita sebagai murid setiap harinya: dengan petunjuk dari sang Guru atau dengan petunjuk dari orang yang letih lesu juga?
- Jikalau telinga mendengar pesan negatif, #SiapkahKita menahan lidah kita menunggu Tuhan sebagai pembela kita atau lidah berespon bagai pemberontak?
Riajos
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.