Membaca, dalam hal ini Firman Tuhan, belum tentu menghayati yang dibaca, apalagi menyimaknya dan membuka diri untuk ‘disapa’ oleh apa yang dibaca. Membaca Firman Tuhan belum tentu mendengarkannya.
Mendengar (listening bukan hearing) dengan baik memang tidak mudah. Untuk itu kerap kita terjebak pada ‘mendengar hanya yang ingin kita dengar’, bukan apa yang disampaikan. Kendala lain yang lumayan lazim, selain halangan eksternal seperti suasana atau kebisingan, adalah motivasi yang tidak jelas dari kegiatan mendengar itu.
Padahal yang dibicarakan di sini adalah Firman Tuhan, atau tepatnya mendengarkan Firman Tuhan. Firman Tuhan yang adalah tanda bahwa Tuhan hadir dalam hidup kita. Firman Tuhan yang bahkan berarti bahwa Tuhan sendiri yang sedang berbicara kepada kita dalam berbagai kesempatan, entah dalam ibadah entah dalam ibadah pribadi kita. Firman Tuhan yang pada hakikatnya adalah kasih dan kepedulian Tuhan pada kita dalam apapun yang kita alami dalam hidup kita bersama maupun hidup kita pribadi.
Oleh karena itu mari kita tinjau ulang (revisit) prinsip dan sikap kita dalam hidup dengan Firman Tuhan. Disapa oleh Firman Tuhan dalam berbagai kesempatan, atau membacanya sendiri, berarti mesti mendengarkannya. Karena yang kita dengarkan adalah Tuhan sendiri, yang menyapa kita agar kita merenungkan Firman-Nya, serta kemudian memberikan respons kepada-Nya, dengan melakukan apa yang dikehendaki-Nya.
Setelah membaca beberapa ayat dari kitab Nabi Yesaya (61:1-2), Yesus berkata: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” (Luk. 4:21).
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.