Anda masih ingat tayangan yang beredar luas di You Tube yang mengisahkan seorang anak kecil yang ditabrak dan digilas oleh kendaraan di pasar di kota Guangdong, China?. Melihat video ini membuat hati kita begitu miris, kita terperangah mengapa sedemikian banyak orang lewat tidak ada seorang pun yang tergerak menolong anak yang tertabrak dan terlindas dua kali itu? Kemana hati nurani orang banyak itu? Mengapa hati mereka begitu beku dan tidak menunjukkan belas kasihan? Tragis dan mengenaskan tetapi itu adalah kenyataan yang terjadi di sekitar kita. Peristiwa ini seharusnya membuat kita merefleksikan kembali hidup kita di antara sesama. Apakah kita dengan mudah tergerak oleh belas kasihan atau menjadi beku melihat penderitaan orang lain? Betapa menyedihkannya kehidupan yang tidak digerakkan oleh belas kasihan.
Di Matius 9 : 35 dituliskan : “tergerak hati Yesus oleh belas kasihan”(Yun : splakhnistheis dari kata splagkhna = mangkuk). Kata ini menerangkan hati nurani manusia yang terdalam. Yesus bukan saja simpati terhadap penderitaan sesama tetapi empati. Ia turut merasakan dan terlibat dalam penderitaan itu. Orang yang berada dalam penderitaan tidak pernah menjadi objek dari kebaikan hati-Nya tetapi menjadi subjek yang ditempatkan sebagai sahabat dan saudara. Hal itu yang menggerakkan Yesus untuk memberikan yang terbaik untuk menuntaskan penderitaan mereka. Menuntaskan berarti tidak setengah-setengah atau sekedarnya tetapi totalitas dari keutuhan diri-Nya melebur dan menyatu dalam penderitaan sesama. Hati Yesus selalu dapat dengan mudah digerakkan oleh penderitaan dan kesulitan hidup umat-Nya. Tindakan-Nya didasari oleh kelembutan dan kepekaan hati yang setiap kali tergugah dan menjadi gelisah pada saat penderitaan terpampang di depan-Nya.
Melibatkan diri kepada kesulitan dan penderitaan orang lain tidak pernah menjadi mudah. Itu membutuhkan komitmen, pengorbanan, kebijaksanaan dan kerendahan hati. Tidak banyak orang yang bersedia melakukannya. Tidak banyak orang memberikan dirinya digelisahkan akan kesulitan orang lain. Lebih banyak dari kita memilih bersikap aman dan mementingkan diri sendiri (seperti kisah nyata di atas). Untuk itulah Yesus berkata tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit. Tetapi saat ini Yesus mengajak kita untuk memiliki hati yang berbelas kasihan. Sekarang maukah kita memiliki hati seperti Yesus yang memandang sesama sebagai sahabat, siap untuk menjadi gelisah di tengah penderitaan orang lain, siap terlibat bersama dan berjalan bersama dalam kesulitan. Inilah panggilan hidup kita yang telah diselamatkan Yesus.
Minggu ini adalah minggu awal kita menghayati, menggugah dan menggali sikap peduli kita kepada sesama. Sesungguhnya kepedulian bukan saja berlangsung di bulan peduli (bulan Mei) tetapi seluruh kehidupan dan karakter orang percaya adalah sikap peduli. Maukah engkau memiliki hati seperti Yesus, hati yang mudah digerakkan oleh belas kasihan?
dva
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.