YESUS Kalah Voting

Belum ada komentar 404 Views

Ingar bingar pesta politik di Jakarta sudah dimulai. Pilkada Gubernur DKI Februari 2017 mendatang sudah mulai gaungnya dengan masa kampanye sekarang ini. Cerita ’imajiner’ ini sama sekali tidak bermaksud sebagai kampanye terselubung, apalagi terang-terangan.

Cerita ini hanyalah imajinasi untuk masuk ke dalam kehidupan iman kita. Apa yang harus kita perbuat untuk bersyukur akan keselamatan kita melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Itu saja, tidak lebih tidak kurang.

Kita mulai cerita imajinernya:

Suatu hari Ahok ditanya oleh seorang temannya yang sesama Kristen. ”Hok, kenapa kamu kalau kampanye nggak bagi-bagi sembako atau pelayanan berobat gratis?” Ahok pun menjawab. ”Kamu harus belajar dari pelayanan Yesus. Dia telah memberi makan lima ribu orang, Dia juga menyembuhkan orang sakit, bahkan menghidupkan orang mati segala. Tetapi apa yang terjadi? Dia tetap kalah voting!”
”Yesus kalah voting? Apa maksudmu?” tanya temannya penasaran.

”La itu, di depan Pilatus, sewaktu diadili sebelum disalib. Bahkan Pilatus pun ingin membebaskan-Nya, tetapi tidak berhasil. Yesus tetap kalah voting. Pilatus kan bilang: ’Hari ini gue lagi baik hati nih. Pilih salah satu yang lu pada ingin gue bebasin. Yesus yang tidak bersalah ini, atau Barabas yang jahat.’ Nah udah sampe segitunya lo! Tapi Yesus tetap kalah voting. Mayoritas kan pada akhirnya pilih Barnabas untuk dibebasin?,”
kata Ahok.

”Jadi, belajar dari kisah Yesus kalah voting, aku menganggap kalau sembako dan pengobatan gratis itu tidak mampu membeli nurani manusia. Itu semua hanya bikin mereka kagum sebentar. Begitu pemilihan, mereka berpindah ke lain hati. Akan tetapi, kamu tahu nggak, apa yang membuat banyak orang menjadi follower Yesus sampai sekarang? Justru karena kesaksian orang-orang yang selalu bersama dengan Yesus. Mereka bekerja keras dan berkomitmen tinggi untuk membela orang yang lemah, miskin, cacat dan terpinggirkan.” cerocos Ahok sambil menghela napas.

”Nah, jadi aku belajar dari kisah Yesus ini. Mending aku bekerja keras membela ’wong cilik’ sehingga keadilan sosial perlahan-lahan terwujud di kota Jakarta ini. Daripada energi dihabiskan untuk bagi-bagi sembako dan pengobatan gratis, walau pun aku nggak menampik bahwa itu juga perlu. Masyarakat akan menyaksikan kerja kerasku dan aku berharap mereka akan terbuka matanya dan terketuk hatinya, bahwa aku telah berbuat sebaik mungkin untuk Jakarta. La, Yesus yang kayak gitu saja kalah voting, apalagi gue?” katanya dengan mantap.

Belajar dari cerita imajiner di atas, kita tidak harus bagi-bagi sembako, pengobatan gratis dan kegiatan sosial lainnya untuk mengetuk hati orang yang belum mengenal Yesus. Cukup kita menyaksikan kasih Kristus, tidak dengan bicara saja, tapi juga dengan melakukannya kepada semua orang. Tidak harus spektakuler, tetapi mulailah hari ini dengan yang kecil. Bisa dengan tersenyum jika bertemu orang, menyapa dengan lembut, mempersilakan orang lain masuk lift terlebih dulu, memberi jalan kepada kendaraan lain, dan kebaikan-kebaikan kecil lainnya.

Dengan demikian kasih Kristus terpancar dari kita dan orang lain melihat bahwa kita adalah murid-murid-Nya yang sedang berusaha membuat kasih Kristus itu membumi. Apakah orang lain akan menjadi pengikut Yesus atau tidak, tidaklah penting-penting amat. Kalau Allah berkehendak, tidak ada yang mustahil di dunia ini. Percayalah!

***
» Eddy Nugroho

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Refleksi
  • SLOW LIVING
    Setelah purna tugas, saya kadang-kadang merindukan suasana pedesaan seperti kehidupan masa kecil saya. Hidup tenang, sepi, tidak ada yang...
  • Apakah Aku Domba Yang Baik?
    sebuah refleksi diri setelah lama mengikuti Sang Gembala Yang Baik
    Gembala Yang Baik “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba dombanya,” adalah ungkapan Yesus yang...
  • SESAMI vs LIYAN
    Sesami dan liyan. Sesami, yang saya bahas di dalam tulisan ini, tidak ada hubungannya dengan wijen, tetapi masalah sesama...
  • LEGACY
    Sebagai bangsa Indonesia, sejarah mencatat bahwa para pemimpin bangsa meninggalkan legacy atau warisan kepada generasi setelah mereka. Tidak usah...
  • Seribu Waktu
    Seribu Waktu
    Entah, kenapa terlintas di benakku banyak hal tentang waktu. Karena banyaknya, kusebut saja seribu … padahal satu pun tak...