Sebuah “Gereja Kecil” di Luar Sana

Belum ada komentar 60 Views

Masih banyak orang baik. Cerita ini saya dapatkan waktu saya iseng, bersama teman saya, naik ANGKOT (angkutan kota) dari Pusat Kota Manado menuju Malalayang.

Pengemudi angkot itu seorang anak muda. Di dalam angkot duduk empat orang penumpang, termasuk kami. Masih ada kursi yang belum terisi. Seperti biasa, di tengah jalan angkot-angkot saling menyalip untuk berebut penumpang.

Dari kejauhan kami melihat seorang ibu dengan tiga anaknya berdiri di tepi jalan. Namun anehnya, setiap angkot yang berhenti di depan mereka, melaju meninggalkan mereka.

Akhirnya angkot yang kami tumpangi sampai di sana. Ibu itu bertanya: “Dik, lewat Terminal ya?” Si sopir menjawab “ya”. Namun mereka tidak segera naik. Ibu itu berkata, “Tapi saya dan ketiga anak saya tidak punya ongkos.” Sambil tersenyum, si sopir menjawab, “Tidak apa-apa Bu, naik saja”. Ketika ibu itu tampak ragu-ragu, si sopir mengulangi perkataannya” “Ayo Bu, naik saja, tidak apa-apa …”

Saya kagum pada kejujuran si ibu dan kebaikan sopir angkot yang masih muda itu. Pada jam sibuk, saat angkot-angkot lain saling berlomba untuk mencari penumpang, sopir ini merelakan kursi kosongnya ditempati oleh seorang ibu dan anak-anaknya. Ketika sampai di Terminal, mereka pun turun sambil mengucapkan terima kasih kepada si sopir. Di belakang ibu itu, seorang penumpang pria juga turun, lalu membayar dengan lembaran uang Rp 20 ribu. Ketika si sopir hendak memberi kembalian, pria ini menolak. Ia berkata bahwa semua uang itu untuk ongkos dirinya dan keempat penumpang tadi. “Terus jadi orang baik ya, Dik!” kata pria tersebut kepada sopir angkot muda itu sebelum menghilang di tengah keramaian terminal …

Sore itu saya benar-benar dibuat kagum oleh kebaikan-kebaikan kecil yang saya lihat. Seorang Ibu miskin yang jujur, seorang sopir yang baik hati, dan seorang penumpang yang budiman… Sebuah kejadian sederhana dan nyata, yang mencerminkan kehidupan bersama yang harmonis.

Indonesia akan berubah andai ‘warna’ kehidupan masyarakatnya, pemimpinnya, tidak serakah dan memikirkan diri sendiri/egois. Dan … alangkah indahnya persekutuan kita di GKI PI pada saat warga/anggotanya saling mendukung dalam menghadapi himpitan dan tekanan hidup ini. Teoritis dan idealis, namun … teruslah berbuat baik. Sekecil apapun ketulusan yang kita perbuat tentunya sangat berarti bagi orang lain!

Selamat berbagi, until all are fed.

Nia Gatugapan.
Sumber dari postingan sahabat di internet.

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Edukasi
  • THE ART OF LISTENING
    Menjadi pendengar yang baik? Ah, semua juga bisa! Tapi apakah sekadar mendengar bisa disamakan dengan menjadi pendengar yang baik?...
  • To infinity and beyond!
    Saya salah satu penggemar petualangan seru dan epik dari Buzz Lightyear dan Woody, sahabatnya (Film: Toy Story 1995). Buzz...
  • Antara Si Badu & Akhir Tahun
    Antara Si Badu & Akhir Tahun
    Selamat pagi, siang, sore, dan malam. Menjalani setiap hari dengan rutinitas yang sama, sampai tiba saatnya Natal dan Tahun...
  • WOMEN ON FIRE
    Perempuan Warga Kelas Dua Sepertinya dari dulu perempuan cenderung ditempatkan sebagai warga kelas dua dalam status sosial. Hal ini...
  • Doketisme
    Doketisme
    doktrin keilahian yang kebablasan
    Fanatisme Spiritualitas Fanatisme sebuah spiritualitas yang secara berlebihan menekankan hal-hal tertentu dan kurang menganggap penting hal-hal lain, sering kali...