Dengan Roh Yang Menyala Layanilah Tuhan

Belum ada komentar 3344 Views

Mengacu pada Roma 12:11-12, kita memperoleh petunjuk praktis dan sangat berguna bagi kita dalam kiprah berjemaat. “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendur, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”

SUDAH DIGERAK-GERAKKAN, TAPI …dengan

Seorang petugas palang kereta api dinyatakan bebas dari tuduhan, karena ia sudah menggerak-gerakan lenteranya pada malam terjadinya kecelakaan. Gara-gara palang kereta api macet di sebuah jalan yang sepi, sebuah bus pariwisata ditabrak oleh kereta api. Puluhan penumpang bus tewas dan lainnya menderita luka parah.

Semula si petugas palang dipersalahkan sebab tidak berusaha menghentikan bus tersebut ketika akan melintasi rel kereta api yang tak terjaga lagi. Namun di pengadilan, sang petugas menjelaskan dengan meyakinkan bahwa ia sudah menggerak-gerakkan lentera untuk mencegah bus itu, yang tetap saja melaju, sehingga tabrakan maut itu tak terhindarkan lagi.

Anehnya, petugas yang dinyatakan tak bersalah itu, dalam kurun waktu yang lama terus mengalami kegelisahan karena merasa bersalah. Tak ada seorang pun yang dapat menghiburnya. Orang-orang pada umumnya mengatakan bahwa ia mengalami trauma, sampai akhirnya ia datang melapor kepada polisi untuk mengakui kesalahannya.

Meskipun ia hanya menambahkan sedikit keterangannya yang lalu, tapi ia patut dipersalahkan. Mengapa? Pada malam yang naas itu ia memang telah menggerak-gerakkan lenteranya, tetapi tidak ada nyala api di dalamnya! Sama dengan tidak ada gunanya.

MELAYANI TUHAN DENGAN ROH YANG MENYALA-NYALA

Ternyata kita dapat menjumpai bermacam-macam motif pelayanan untuk Tuhan.

PERTAMA, hanya karena merasa senang dapat melakukannya bersama-sama dengan teman atau orang-orang lain. Suasana kebersamaan itu memunculkan semangat, tetapi tentu saja ini merupakan nyala yang sementara sifatnya, yang mudah kendur. Begitu teman yang cocok dengan kita itu menarik diri, kita terpengaruh. Apalagi jika ia sampai melukai perasaan kita, maka roh kita langsung padam.

KEDUA, melayani karena diapresiasi dan mendapat respons positif dari berbagai pihak, misalnya: di paduan suara, mendapat tepuk tangan setiap selesai mempersembahkan satu atau dua lagu di tengah kebaktian hari Minggu, atau nama dan foto kita terpampang dalam majalah gerejawi setiap menjalankan tugas atau pelayanan tertentu. Jika hal-hal seperti itu mengobarkan semangat pelayanan kita, maka suatu ketika kita pasti akan merasa kecewa. Sebab ternyata ada paduan suara lain yang memiliki suara yang lebih merdu, dan mendapatkan tepuk tangan yang lebih meriah. Juga ada kalanya prestasi kita tidak terekam oleh kamera, sehingga tidak dapat dipublikasikan. Kerajinan kita pun mulai kendur. O, ternyata semangat pelayanan kita sangat rapuh. Terkena “embusan angin yang sangat lemah” pun sudah padam.

Masih banyak pijakan palsu lainnya yang menyesatkan dan berpotensi mengendurkan semangat pelayanan anak-anak Tuhan.

PELAYANAN SYUKUR

Di dalam Alkitab ada banyak contoh tentang anak-anak Tuhan yang melayani Yesus dengan cara-cara yang menarik. Namun di sini saya sengaja menampilkan sebuah pelayanan yang sangat sederhana, tapi sangat jelas, yang dilakukan oleh ibu mertua Petrus.“Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun bangunlah dan melayani Dia” (Matius 8:14-15).

Apa yang dilakukan oleh seorang perempuan tua, tanpa persiapan yang memadai? Paling-paling hanya menyiapkan sarapan atau minuman untuk Tuhan Yesus. Hal ini tidak dijelaskan di dalam Alkitab sebab dianggap tidak penting. Yang terpenting adalah peristiwa penyembuhan mertua Petrus oleh Tuhan Yesus, dan respons si sakit yang segera melayani-Nya, karena menganggap hal ini sangat perlu dilakukan, dan sesegera mungkin. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan sebisanya, tapi dengan penuh kesungguhan dan syukur, sebab ia sudah disembuhkan. Di Alkitab hanya dikatakan sakit demam, tapi itu bisa berarti penyakit apa pun yang menimbulkan demam.

O ya, kalau kita ditolong seseorang, janganlah kita mengecilkan pertolongannya, dan kalau kita memberikan pelayanan kepada seseorang, janganlah kita membesar-besarkannya. Ingatlah pelajaran Tuhan Yesus, “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan” (Lukas 17:10).

MEMILIKI ROH YANG MENYALA-NYALA UNTUK MELAYANI TUHAN

Saya meyakini bahwa yang dimaksudkan di sini adalah memiliki pikiran, hati, jiwa, batin, tubuh, dan seluruh keberadaan yang bergairah untuk melayani Tuhan. Segala potensi yang ada kita kerahkan untuk menjawah kasih karunia Tuhan yang melimpah di dalam hidup kita. Bagi Tuhan Yesus, tidak ada pelayanan yang dinilai-Nya terlalu kecil, sehingga Dia tidak sudi memandangnya. Juga tidak ada pelayanan yang dianggap terlalu besar, sampai Dia tidak bisa membalasnya. Persoalannya terletak pada roh yang menyala-nyala itu, bukan pada besar kecilnya pelayanan, karena pada dasarnya Tuhan tidak bergantung pada pemberian dan pelayanan kita. Dengan atau tanpa kita, Dia tetap Mahamulia.

PERHATIKANLAH AYAT PENUNJANG YANG PENTING INI (Roma 12:12)

Firman Tuhan ini sangat kita butuhkan di dalam pelayanan kita.

Saat kita mengalami kegagalan dalam melayani Tuhan, janganlah putus asa dan sedih. Tetaplah bersukacita dalam pengharapan. Bayangkanlah Tuhan yang akan memunculkan keberhasilan, bahkan yang lebih besar, pada masa mendatang. Dengan mengingat dan mengusahakan hal itu, kita sudah bisa bersukacita, apalagi kelak jika saatnya sudah tiba.

Melayani Tuhan ternyata akrab dengan kesulitan, bahkan himpitan. Sikapilah dengan kesabaran, tapi jangan pasif, melainkan aktif, sambil mengoreksi diri dan melakukan inovasi agar meraih keberhasilan dengan campur tangan Tuhan.

Akhirnya, bertekunlah dalam doa untuk setiap situasi yang kita hadapi, terutama saat ada tantangan bagaikan gunung yang tinggi, atau jurang kehidupan yang terjal. Tekunlah berdoa, seperti yang dilakukan oleh para hamba Tuhan dan para nabi, bahkan oleh Tuhan Yesus sendiri.

Ayo Saudara-Saudara seiman, kita pergunakan waktu yang ada untuk bersyukur dengan melayani Tuhan, sebab kita memiliki alasan kuat untuk melakukannya. Bukankah kasih karunia Tuhan Yesus sudah menyelamatkan, memelihara, dan menolong kita dengan tak terhitung banyaknya? Apalagi pelayanan kita kepada salah seorang yang paling hina akan diakui Tuhan Yesus sebagai pelayanan kita kepada-Nya (Matius 25:40).

>> Pdt.Em. Daud Adiprasetya

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Teologia
  • Puasa: Laku Spiritual di Masa Prapaska
    Dalam perjalanan hidup sebagai seorang Kristen, pernahkah kita berpuasa? Meskipun puasa sudah tidak asing dipraktikkan oleh umat Allah pada...
  • Kasih Terbesar
    Hakikat Penderitaan Yesus Paska, dalam kebiasaan orang Kristen, kurang mendapatkan posisi yang kuat ketimbang Natal dengan segala gemerlap dan...
  • Yesus: Milik Muslim Atau Kristen?
    sebuah dialog untuk menemukan ujung pemahaman bersama dalam perbedaan
    Dialog Antar Iman Hidup bersama dalam perbedaan sebenarnya wajar. Masalah baru timbul manakala perbedaan itu dijadikan alasan untuk tidak...
  • Merengkuh Terang
    Allah Pencipta Terang … dan Gelap Sebagai hal yang diciptakan pada hari pertama (Kej. 1:3), terang memiliki peran yang...
  • Laborare Est Orare
    menyikapi dikotomi ‘berdoa’ atau ‘bekerja’
    ‘Ora et Labora’ Kita mengenal akrab dan sangat memahami idiom yang artinya ‘Berdoa dan Bekerja’ ini. Sebuah prinsip yang...