Bermimpilah yang Besar

Bermimpilah yang Besar

Belum ada komentar 208 Views

“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu.” (Amsal 16:3)

Pada suatu hari yang panas tahun 1984, orang-orang di sebuah kota kecil di New Mexico mengawasi saat seorang pelari muda yang kuat mengoperkan obor Olimpiade ke pelari berikutnya – Amy yang berumur sembilan tahun. Dengan keadaannya yang cacat dan bungkuk, Amy telah lama rindu membawa obor itu dalam perjalanannya dari Atena ke Los Angeles. Ketika ia memegang obor yang berat itu, ia harus memegangnya dengan kedua tangannya. Ia tidak memiliki kekuatan maupun ketangkasan pelari sebelumnya.

Orang banyak meneriakkan kata-kata pembangkit semangat, tetapi hanya sedikit yang menganggap ia dapat menyelesaikan jarak yang harus ditempuhnya. Mereka tidak tahu bahwa Amy sangat ingin menyelesaikan tantangan ini. Ia menginginkannya lebih dari apa pun di dunia ini. Ia dan ibunya telah mengumpulkan uang untuk membayar tiket masuk seharga $ 3.000 dengan berjualan dan mengadakan garage sale di halaman depan mereka. Amy berlatih selama setahun dengan palu seberat 5 kg, tetapi tidak pernah sekalipun pada tahun itu ia mampu menyelesaikan jarak tersebut. Namun demikian, ia tidak pernah berhenti berusaha.

Saat orang banyak bersorak-sorai, Amy berlari dengan lambat namun pasti. Yang mengherankan semua orang, kali ini ia berhasil menyelesaikan jarak yang harus ditempuhnya. Ia telah mengatasi cacat tubuhnya dan melakukan apa yang tampaknya mustahil.

Seberapa inginnya Anda meraih tujuan Anda hari ini?

Setiap orang boleh bermimpi, berangan-angan atau mempunyai rencana di dalam hidupnya. Bahkan bermimpi yang besar, sebab Tuhan Mahabesar. Dalam kisah Amy di atas, sedikitnya ada tiga hal yang dapat menjadi pembelajaran buat kita.

Pertama, ia diperhadapkan pada momentum yang sangat penting baginya, yaitu sebuah Olimpiade. Hanya orang-orang terpilih yang diizinkan membawa obor menjelang Olimpiade.

Kedua, ia sangat ingin menjadi pembawa obor Olimpiade. Ia berjuang dengan gigih dalam persiapannya, sebab ia cacat.

Ketiga, meskipun dibayangi oleh kemustahilan, tapi Amy mendapat dukungan dari ibunya dan terutama dari Tuhan, sehingga ia berhasil meraih impiannya.

APA PUN YANG DAPAT ANDA LAKUKAN, ATAU BERMIMPI DAPAT DILAKUKAN, MULAILAH LAKUKAN. KEBERANIAN MENGANDUNG KEJENIUSAN, KEKUATAN, DAN KEAJAIBAN. MULAILAH SEKARANG. (Goethe)

MIMPI ATAU RENCANA YANG BESAR

Dalam hidup ini kita perlu memiliki tujuan atau rencana-rencana untuk kita capai supaya kita tidak asal hidup tanpa tujuan. Sebuah impian disebut besar, jika kita dinilai tidak memiliki kemampuan memadai untuk meraihnya. Tetapi rencana kita juga disebut besar, jika yang kita impikan itu adalah sesuatu yang sangat berarti bagi kita. Atau yang kita rencanakan akan dinikmati oleh sebanyak-banyaknya orang.

Masih perlu ditambahkan, rencana atau impian kita sungguh-sungguh besar jika dapat memuliakan Tuhan, karena tujuan hidup kita adalah memuliakan Tuhan.

PURPOSE IS WHAT GIVES LIFE A MEANING. (C.H. Parkhurst)

MENJADI ANAK YANG SEPERTI BAPANYA

Kita tidak hanya berdiam diri saja. Kita menjadi makhluk yang kreatif dan dinamis. Kita bahkan boleh bermimpi dan membuat rencana-rencana dalam segala bidang kehidupan kita. Seperti Bapa kita, begitu pula kita sebagai anak-Nya. Kita menyembah Allah, Bapa kita yang hidup. Semesta alam ini ada karena rencana Allah, selanjutnya kita diberi tugas untuk mengelolanya. Untuk itu kita diperbolehkan seperti Bapa dengan sering membuat rencana. Kalau begitu milikilah kebijakan dalam perencanaan seperti yang dilakukan Bapa.

TIDAK MENJADI ANAK YANG MANJA

Walau menyadari bahwa kasih Bapa sangat besar; namun kita tidak sudi menjadi anak yang manja. Mari kita kumpulkan segala potensi karunia­Nya. Mari kita duduk bersama untuk membuat rencana, kemudian mewujudkannya. Dalam segala bidang kita sudah diberikan kemampuan oleh Bapa. Bidang perencanaan maupun pelaksanaan. Kita memiliki komunitas, berarti ada pendanaan, organisasi berarti ada sistem, ibadah berarti ada sikap berserah. Bekerja tanpa berserah berarti tidak beriman. Berserah tanpa usaha sama dengan mencobai Tuhan.

Suatu hari dalam pembukaan Oxford University, Sir Winston Churchill diminta untuk menyampaikan pidatonya. Inilah pidato yang paling singkat tapi juga paling mengesankan, sebab ia hanya berkata, “Jangan pernah menyerah! Jangan pernah menyerah!”

Nasihat itu berlaku untuk siapa saja, termasuk orang beriman. Nasihat itu juga perlu untuk siapa saja yang membangun sesuatu, entah masih digarap maupun sudah rampung. Kalau hanya setengah jadi, tidak punya arti. Kalau sudah rampung, lalu mau diapakan?

Setiap pemimpi juga harus mempunyai etos kerja. Tulisan ini akan saya tutup dengan sebuah kisah menarik yang saya angkat dari Kisah-kifah Rohani.

Seorang pria meminta pekerjaan kepada seorang usahawan terkenal bernama Girard. Pria itu hanya disuruh memindahkan tumpukan batu bata dari satu termpat ke tempat yang lain. Menjelang malam pria ini melaporkan bahwa proyeknya telah selesai dan mendapatkan upahnya. Lalu ia bertanya apakah besok ada pekerjaan lagi? Girard menjawab, “Ada, datanglah besok dan kembalikanlah batu-batu bata itu ke tempatnya semula.”

Keesokan paginya pria ini tiba pagi-pagi dan langsung bekerja tanpa banyak bicara. Selama lebih dari satu minggu, Girard menyuruh sang pekerja bolak-balik memindahkan batu-batu bata itu sehingga terbukti bagi Girard bahwa ia dapat memercayai karyawan barunya ini. Lalu ia diberi tanggung jawab baru yang lebih besar. Dari sudut pandang Girard, selama pria ini setia dalam tugas yang sepele seperti itu … ia pasti setia dalam transaksi yang benar-benar penting.

Kisah di atas mengandung pesan yang penting untuk kita.

Pertama, Jika kita sudah berketetapan untuk menjadi pekerja Tuhan di dalam Kerajaan-Nya, maka lakukanlah tugas kita secara proporsional. Jangan asal­asalan atau setengah hati.

Kedua, dengan tekun dan setia mari kita kerjakan pelayanan kita menurut ketentuan, dan menurut kesepakatan kita bersama.

Ketiga, Tuhan selalu akan memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada hamba-Nya yang setia. Usahakan untuk tidak menolak, ketika Tuhan sedang memercayakan pekerjaan-Nya kepada Anda. Tuhan yang memanggil Anda akan memperlengkapi Anda, dengan segala yang Anda perlukan.

DUNIA BERGERAK BEGITU CEPAT SEKARANG. SAAT SESEORANG BERKATA SESUATU TAK BISA DILAKUKAN, SESUNGGUHNYA lA TELAH DIINTERUPSI ORANG YANG TELAH DAPAT MELAKUKANNYA. (Elbert Hubbard)

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Refleksi
  • SLOW LIVING
    Setelah purna tugas, saya kadang-kadang merindukan suasana pedesaan seperti kehidupan masa kecil saya. Hidup tenang, sepi, tidak ada yang...
  • Apakah Aku Domba Yang Baik?
    sebuah refleksi diri setelah lama mengikuti Sang Gembala Yang Baik
    Gembala Yang Baik “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba dombanya,” adalah ungkapan Yesus yang...
  • SESAMI vs LIYAN
    Sesami dan liyan. Sesami, yang saya bahas di dalam tulisan ini, tidak ada hubungannya dengan wijen, tetapi masalah sesama...
  • LEGACY
    Sebagai bangsa Indonesia, sejarah mencatat bahwa para pemimpin bangsa meninggalkan legacy atau warisan kepada generasi setelah mereka. Tidak usah...
  • Seribu Waktu
    Seribu Waktu
    Entah, kenapa terlintas di benakku banyak hal tentang waktu. Karena banyaknya, kusebut saja seribu … padahal satu pun tak...