Dari Rumah Ke Gereja

Belum ada komentar 157 Views

“Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu. Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya Tuhan; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai” (Mazmur 5:12,13)

Jika kita cermati Firman Tuhan di atas, maka kita dapat mengatakan bahwa perlindungan, sukacita, berkat dan anugerah Tuhan dapat kita rasakan, baik di dalam rumah tangga kita maupun di gereja.

Urutannya selalu dimulai dari rumah kita masing-masing. Burung pipit dan burung layang-layang dalam Mazmur 84:4 adalah makhluk-makhluk yang paling bahagia, sebab mereka “berumah tangga” di mazbah Tuhan, di Bait Allah, yang berarti di tengah persekutuan umat Tuhan.

HOME SWEET HOME

Mengapa selalu dikatakan home sweet home? Karena keluarga selalu sangat unik. Tak ada kebahagiaan yang melebihi keluarga yang berhasil. Begitu pula sebaliknya, tak ada penderitaan yang melebihi penderitaan keluarga yang gagal. Karena itu keluarga disebut sebagai “Surga dunia” atau “Neraka dunia”.

THERE ARE NO PRAISES AND NO BLESSING FOR THOSE WHO ARE ASHAMED OF THEIR FAMILIES (Jewish Proverb)

Keluarga selalu unik, karena di situ berkumpul orang-orang yang memiliki hubungan darah. Biasanya, sebagian besar masa hidup kita dilewatkan di dalam keluarga. Di sanalah kita saling memengaruhi, sehingga kebiasaan-kebiasaan pun terbentuk dan menjadi karakter kita.

Di dalam sejarah manusia, keluarga merupakan lembaga yang pertama dan utama di dunia. Billy Graham mengatakan bahwa keluarga merupa-kan sekolah dan gereja kita yang mula-mula. Kita belajar menghormati orangtua dan berempati kepada yang lain. Kita belajar membedakan hal yang baik dan yang buruk. Suka dan derita kita bagi bersama. Makanan sederhana bisa terasa seperti makanan raja. Uang tidak lagi sepenting kasih dan kebaikan. Teko sekalipun dapat bernyanyi di dalam rumah kita.

BERLINDUNG PADA TUHAN

Ketika keluarga dihubungkan dengan Tuhan, maka kita dapat memiliki per-lindungan yang kokoh dan kuat sebab Tuhan itu Mahakuasa. Kita tidak pernah bisa mengharapkan perlindungan dari orang-orang di rumah kita, sebab pada dasarnya mereka semua juga sama dengan kita, membutuhkan perlindungan di tengah dunia yang buas ni. Karena itu bekal hidup kita masing-masing adalah iman dan kasih.

Ada kata-kata mutiara yang indah sebagai berikut:

Iman membawa hidup kita ke surga.
Maksudnya, dengan memercayakan hidup kita kepada Tuhan maka kita akan memasuki surga atau diselamatkan.

Kasih membawa surga ke dalam hidup kita.
Maksudnya, dengan saling mengasihi maka kita akan dapat menikmati suasana surgawi.

Iman memberi kita kekuatan.
Maksudnya, ketika kita beriman teguh kepada Tuhan, maka kita akan dikaruniai kekuatan untuk mengatasi godaan, bahkan serangan iblis dengan segala kejahatannya.

Kasih menguatkan banyak hati yang lelah.
Maksudnya, jika kasih kita operasional-kan dalam hidup kita, maka dampak positifnya adalah kesegaran, bahkan kesembuhan batiniah pun dapat terjadi.

Gereja – Keluarga

Tidak berlebihan jika jemaat atau gereja kita memiliki ciri-ciri sebuah keluarga, karena di dalam gereja ada bapak/ibu penatua dan pendeta yang bertindak sebagai pengayom segenap anggota jemaat. Juga ada Komisi Anak atau yang disebut juga Sekolah Minggu, Komisi Remaja, Komisi Pemuda, Pasutri, Komisi Dewasa, dan Komisi Usia Lanjut. Semuanya itu menunjukkan golongan usia yang juga terdapat di dalam keluarga kita. Karena itu dengan sendirinya suasana gerejawi terdapat di dalam rumah kita, dan suasana kekeluargaan terdapat di dalam gereja.

Jika Firman Tuhan menjadi makanan rohani kita di rumah, begitu pun halnya di gereja. Siapakah yang mengepalai kita di rumah, di gereja dan di hidup kita? Yesus Kristus yang penuh kasih sayang!

Hal yang menandai keluarga maupun gereja kita bukanlah gambar salib, nama Kristen kita, jabatan gerejawi, dan sebagainya, namun adalah tangan Kristus yang terkedang atas kita, untuk memberkati, melindungi, memberi pertolongan, mencegah kejahatan, memberi penghiburan dan kesembuhan, serta segala kebaikan yang kita butuhkan di dalam hidup kita.

Memagari Dengan Anugerah Seperti Perisai

Kalimat menarik ini terbaca di bagian akhir dari ayat kita di atas tadi. Itulah yang saya maksudkan dengan tangan Tuhan yang terkedang. Namun apakah tangan itu dalam bentuk bayangan hitam yang bergerak-gerak? Atau Roh Tuhan yang melayang-layang di atas rumah atau di atas gedung gereja? Sama sekali tidak! Semuanya harus melalui manusia dan sistem.

1. Memberikan perlindungan.
Suami atas istrinya. Istri atas nama baik suaminya. Orangtua atas anak-anaknya. Namun dalam kenyataan, sering kali masing-masing pihak lebih banyak mengurus kepentingannya sendiri, dan merasa terbebani oleh kehadiran anggota keluarga yang lain. Padahal seharusnya di dalam keluarga atau di gereja, setiap anggota dapat merasakan kehangatan, bahkan kedamaian dan kesejahteraan.

LOVING RELATIONSHIPS ARE A FAMILY’S BEST PROTECTION AGAINST THE CHALLENGES OF THE WORLD. (Bernie Wiebe)

2. Memberikan pelayanan.
Awali dengan memberikan perhatian. Jika salah seorang dari kita tidak tampak hadir pada saat seharusnya ia hadir, maka patut dipertanyakan. Jika ada yang memerlukan bantuan, maka harus cepat diberikan, jangan sampai kedahuluan orang lain yang berada di luar lingkungan kita. Saya baru saja membaca tentang keengganan seorang ibu ketika anak gadisnya yang masih kecil minta dimandikan, hanya karena si ibu sedang melakukan suatu kegiatan yang tidak begitu penting. Tidak terduga bahwa tak lama kemudian anaknya itu jatuh sakit, lalu meninggal dunia. Diceritakan bahwa kemudian dengan air mata berderai si ibu itu akhirnya dapat memenuhi permintaan anaknya, ketika jenazahnya dimandikannya.

3. Memberikan kebebasan
Setiap orang mempunyai “garis hidupnya” sendiri yang perlu ditingkatkan. Karena itu ada saatnya bagi orang lain untuk tidak menghalangi tetapi justru men-dukungnya dengan mem-berikan kebebasan. Itulah kebebas-an yang positif, bijak dan cerdas, asal jangan sampai kebablasan.

4. Memberikan dorongan
Saat seseorang sedang dalam keraguan, putus asa, dan didera rasa takut, ia sangat membutuhkan kehadiran orang dekat untuk memberinya empati dan dorongan agar ia bangkit kembali. Ia juga perlu diingatkan bahwa ia memiliki kemampuan yang positif dan peluang emas, sambil tak lupa dipuji dan dimotivasi supaya matanya terbuka dan hatinya diteguhkan. Pendampingan ini lebih diperlukan lagi jika ia melupakan peran Tuhan di dalam hidupnya.•

» Pdt. Em. Daud Adiprasetya

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Teologia
  • Puasa: Laku Spiritual di Masa Prapaska
    Dalam perjalanan hidup sebagai seorang Kristen, pernahkah kita berpuasa? Meskipun puasa sudah tidak asing dipraktikkan oleh umat Allah pada...
  • Kasih Terbesar
    Hakikat Penderitaan Yesus Paska, dalam kebiasaan orang Kristen, kurang mendapatkan posisi yang kuat ketimbang Natal dengan segala gemerlap dan...
  • Yesus: Milik Muslim Atau Kristen?
    sebuah dialog untuk menemukan ujung pemahaman bersama dalam perbedaan
    Dialog Antar Iman Hidup bersama dalam perbedaan sebenarnya wajar. Masalah baru timbul manakala perbedaan itu dijadikan alasan untuk tidak...
  • Merengkuh Terang
    Allah Pencipta Terang … dan Gelap Sebagai hal yang diciptakan pada hari pertama (Kej. 1:3), terang memiliki peran yang...
  • Laborare Est Orare
    menyikapi dikotomi ‘berdoa’ atau ‘bekerja’
    ‘Ora et Labora’ Kita mengenal akrab dan sangat memahami idiom yang artinya ‘Berdoa dan Bekerja’ ini. Sebuah prinsip yang...